Showing posts with label dairy-free. Show all posts
Showing posts with label dairy-free. Show all posts

Tuesday, May 1, 2012

Almond Chocolate Chip Cookies (Dairy-free, Additives-free)



Alhamdulillah.
I'm just very happy, and relief after making these cookies.
Every time I saw cookies recipe anywhere in internet or recipe books, they always using baking soda or baking powder. It's not that all of food additives are veerrrrrryyy dangerous. I'm not a doctor, you know. I'm just a little bit suspicious with food additives. A video and an article that I found about food additives makes me more and more want to avoid them. Besides, I just want to prove that all those synthetic or maybe chemical thing(I don't know) are not necessary to use in our food. More natural food probably are better healthier food, I think.

Of course I'm not and can't always avoid those things. I'm not so uptight avoiding it. We still eat store-bought cookies, breads, crackers, etc. But, it's just makes me happier to baking and cooking naturally. I'm not too attached with such synthetic things and don't have to buy baking powder, baking soda, and all of their friends. I can safe some money, thrifty me!
It feels like..great when we can beat those mass-production food. Ha ha, okay, I'm exaggerating.
I have talked about reducing food additives before in a cooking and baking mailing list. Some of them told me not to be paranoid. Oh dear.. Is it wrong if we have our own choice of healthiness?

Anyway, I always thought, can I make chocolate cookies without any synthetic food additives? Whenever I google about it, they always say no, you can't. Only shortbread that can be make without baking soda or baking powder, they said. Well. let see about that now.

Yesterday I really want to make cookies for my sons. I remember I have chocolate chips and almonds in the kitchen. I have to make something from those almonds before they got rotten! But, oh no, I only have 1 stick of butter, while that butter I kept to make pastry for pie. So, search and search, I found some recipe that instead of using butter, they uses oil. Good. I'm safe. Besides, using oil in baking is slightly healthier than using butter, right? ;)
Then I was thinking again, if I mix the eggs and oil until resemble to mayonnaise, maybe it can substitute butter well... While on that thought, I remember how we can bake cakes without those food additives as long as we mix the eggs right. So probably... The result of my fuzzy mind was, I will mix the eggs and oil until resemble to mayonnaise, and skip out the baking soda. Here is the recipe that inspire me to make cookie with oil, but I guess I changed quite a bit in it.

How's the result then? Good. I don't know how many cookies does it makes from one recipe, because my son kept on eating it every time I took them out from the oven. So I did't really had chance counting them.

I just love it.

Almond Chocolate Chip Cookies

Ingredients:

1 cup wholemeal wheat flour
1⁄2 cup brown sugar
1⁄4 tsp salt
1⁄3 cup oil
1 egg
1⁄2 cup chocolate chips
1/4 cup whole roasted almond, crushed

Directions:
- Mix with spoon flour, chocolate chips and almonds.
- In another bowl mix with electric mixer egg, oil, sugar and salt until thick and the consistency resemble to mayonnaise.
- Add the flour mix into the egg mix. Fold with spatula, just until all wet.
- Put the dough in the fridge at about 15 minutes, while we heat up the oven to 170C.
- Line a cookie tin with a baking paper.
- With two teaspoons make a ball of dough and put onto the the tin. You can press the dough a little with your finger to make it wider if you like.
- Bake about 10 minutes.
- Take out from the oven and let it cool. The first time they took out from the oven they might seems a bit soft, but after cooled it will be harden a bit. It will be chewy inside and crunchy on top.

Enjoy :)

Friday, January 14, 2011

ChocoBanana Muffin


Sebetulnya dari kemarin Abang memelas-melas minta kue cokelat. Tepatnya dia bilang begini, "Abang mau Tueh ToTatttt.... Tueh Totattt..".
Sayangnya kemarin adalah hari malas sedunia-ku. Jadi meskipun ia memelas, aku teuteup malas buanget deh. Untungnya Abi beli kue bantal dan cakwe. So, his craving for "Tueh Totat" has to be postponed. Meskipun nggak menjanjikannya apa-apa, tapi dalam hati aku bertekad akan memenuhi keinginannya. Paling cepat, ya pagi ini. Paling lambat? Yah, sebelum aku lupa :)

Sudah dari tadi malam aku berpikir, bisa bikin apa pagi-pagi, sambil mendata bahan-bahan yang ada di rumah dalam otakku. Telur, ada, tapi di dalam kulkas. Maka kuputuskan saja untuk tidak membuat kue yang additive-free. Membuat kue additive-free dengan telur yang sudah berdiam di kulkas memiliki resiko bantet lebih besar. Lanjut. Terigu, ada. Pisang? Cuma ada dua. Tapi bisa, lah. Cokelat? Aku putuskan pakai cokelat bubuk saja. Mentega? Pakai minyak aja deh, kan bikin moist juga. Ok, let's see it later in the morning, I thought.

Paginya, aku bangun agak terlambat, meski masih sempat shalat Subuh. Baru ingat juga, "Tueh Totat". Untungnya pagi ini aku nggak usah menyiapkan bento dan sarapan Ayah. Jadi browsing blog sendiri, cemplang-cemplung, nothing to loose, voila, jadi juga muffin piscok(pisang cokelat)! Alhamdulillah.
Oiya, untuk bahan pengembangnya aku pakai sedikit soda kue dan sedikit baking powder. Jumlah yang kupakai ini sedikit sekali dibandingkan resep muffin kebanyakan. Aku lihat banyak resep muffin seenggaknya menggunakan 1 sendok makan baking soda atau baking powder atau keduanya. Bahkan ada yang sampai 2 1/2 sendok makan! Terbukti tho, dia bisa mengembang juga tanpa banyak baking powder atau baking soda. Kita kan, lagi bikin makanan, bukan pembersih kamar mandi, hehe.

Kata Abang, "Enaaakkkk! Naa, ini baru enaakk!". I wonder where did he got those words from? Hehe..

Maaf ya ada tulisan produk di piringnya. Bukan iklan dan nggak jualan. I just like the polkadot on it.


ChocoBanana Muffin

Bahan:
2 buah pisang Ambon
1 butir telur, kocok dengan garpu
3/4 cup gula
1/4 cup minyak goreng
1 1/2 cup tepung terigu
1/4 sdt baking soda (that's all I have)
1/2 sdt baking powder
2 sdt cokelat bubuk
1/4 sdt garam
sedikit kenari cincang

Cara membuat:
- Panaskan oven 175 C.
- Lumuri loyang muffin dengan sedikit mentega/margarin.
- Lumatkan pisang dengan garpu.
- Campur rata terigu, soda kue, baking powder, cokelat bubuk dan kenari di mangkuk.
- Di mangkuk lain campurkan minyak, pisang lumat, gula, kocokan telur dan garam. Aduk rata.
- Masukkan campuran terigu lalu aduk. Don't overmix.
- Tuang adonan ke dalam loyang. Panggang sekitar 20 menit atau setelah lulus tes tusuk.
- Angkat. Hidangkan.

Menghasilkan 12 mini muffin.

Just a note, I just realize that I just made a dairy-free muffin. Cheers!

Wednesday, January 5, 2011

Cake Pisang Tepung Beras


Sore...
Lagi seneng banget nih, habis bikin cake-nya mbak Nur El yang pernah ikutan Banana Week. Sampai-sampai belum ijin sama yang punya resep. Resep aslinya di sini ya.
Untuk Mbak Nur El, salam kenal dan sekalian ijin contek resep dan ngelink dari blog-ku ya Mbak. Maap nyontek dulu baru minta ijin, huhu.. *push up dulu deh*
Kuenya spongyyyy banget. Menggemaskan, pengen aku remes-remes (psycho-mode on!). Aku senang banget bisa kue yang gluten-free, additive-free kaya gini. Rasanya insyaAllah lebih alami dan lebih sehat.


karena tampak atasnya seperti bunga matahari, jadilah kuhias dengan daun-daun ^^


Ada sedikit perbedaan dari resepnya mbak Nur. Aku memilih memakai minyak sayur ketimbang mentega maupun margarin, karena masih ingat Pak Wied Harry bilang kalau nggak salah untuk kue lebih baik pakai minyak saja. Lalu aku pakai tepung tapioka sebagai pengganti tepung sagu. Jumlah pisangnya juga kulebihin sedikiiit sekali sekitar 10 gram lagi.
Aku memutuskan untuk memanggang dengan loyang loaf. Eh, ternyata masih bersisa banyak. Jadilah aku mengerahkan loyang-loyang muffin bersama liner-nya. Alhasil aku dapat 6 cupcake dan 1 loaf cake. Hooray!
Oiya, Mbak Nur El memanggang cakenya lama banget ya 1 1/4 jam(??). Aku memanggang baru sekitar 25-30 menit aja bagian atasnya sudah coklat gelap nyaris hitam. Kusimpulkan sih karena ovennya aja ya. Well, beda rumput, beda belalang. Beda rumah, beda ovennya ya, hehe!

Pokoknya seneng banget deh, terima kasih berat buat Mbak Nur El *peluk erat!*.


Cake Pisang Tepung Beras

Bahan:
160 gr pisang ambon
90 ml minyak sayur
100 gr tepung beras
20 gr tepung tapioka
4 btr telur ayam
100 gr gula palem
1/4 sdt garam

Cara membuat:
- Ayak bersama tepung beras, tepung sagu dan garam. Sisihkan.
- Haluskan pisang (aku menggunakan blender). Sisihkan.
- Panaskan oven pada suhu 190 derajat celsius.
- Lapis loyang dengan olesan tipis margarin, kertas roti, lalu olesan tipis margarin lagi. Bisa juga menggunakan loyang muffin dan mangkuk kertas tanpa oles-oles lagi. Sisihkan.
- Kocok telur dan gula palem dng kecepatan tinggi hingga adonan mengembang dan kental.
- Turunkan kecepatan menjadi kecepatan paling rendah. Masukkan pisang. Aduk hingga merata. Masukkan campuran tepung bergantian dengan minyak. Sambil diaduk hingga merata. Matikan mikser.
- Tuang adonan kedalam loyang. Panggang dng suhu 190 derajat celcius selama 25-30 menit, atau tergantung oven masing-masing.
- Keluarkan loyang dari oven.
- Tunggu hingga agak dingin agar cake sudah bisa dilepas dari loyang. Setelah dipotong-potong. Siap untuk disajikan.

spongy and yummy!

Wednesday, October 27, 2010

Bangket Daun Jeruk

summer bunnies

Aku jarang banget bikin kue kering alias cookies. Bahkan di blog ini juga belum pernah ya?
Tadinya aku nggak tertarik untuk ikutan Bangket Week-nya NCC. Tapi kok, lama-lama tertarik juga ya. Pas lihat-lihat resep dari panitianya, hm.., kayaknya bisa dicoba nih. Dari beberapa resep yang diberikan, tadinya mau bikin Bangket Kacang a la mbak Nadrah aja. Setelah pikir-pikir, kayaknya kalau pakai terigu kurang 'Endonesah' yaa.. Akhirnya kuputuskan untuk pakai resep nomer 2, sumbernya dari Majalah Sedap, yaitu Bangket Jeruk Nipis. Which, I'm wondering, kan nggak ada jeruk nipisnya, kenapa namanya pakai '-Jeruk Nipis' ya?
Anyway, pas mau bikin ini terus terang aku nggak ada gambaran sama sekali Bangket itu seperti apa. Teksturnya kaya apa, rasanya kaya apa, belum terbayang. Setahuku kue Bangkit itu, menurut almarhumah nenekku adalah kue kering asli Betawi. Tapi menurut ibu-ibu di NCC, Bangket itu kuenya orang Sumatera. Seingatku juga, Bangket kuenya tebal berwarna cokelat dan berempah. Kalau nggak salah, kue ini juga bukan kue yang lumer di mulut seperti -katanya- Bangket Susunya mbak Nadrah.
Karena sudah banyak yang membuat Bangket Susu, maka aku tertarik untuk membuat bangket yang lain. Tercetus ide untuk mewarnai bangket ini dengan Suji. Sayangnya, sepertinya aku memakai sujinya kurang banyak. Hasil kuenya berwarna hijau pucat, yang yah... nggak apa-apa juga. Cantik-cantik aja menurutku. Tapi mungkin lain kali aku memakai lebih banyak daun suji, mungkin sekitar 12-15 lembar.
Sekarang cetaknya pakai apa ya? Tadinya sih, terpikir untuk dicetak tangan aja. Tiba-tiba ingat cetakan Bento dari temanku Fitri. Maka kupakailah cetakan berbentuk bunga dan muka kelinci. Tadinya mau pakai cetakan beruang juga, tapi sepertinya tangan dan kakinya yang kecil akan menyulitkanku mengeluarkan adonan. Jadi, maaf Pak beruang. Lalu baru sadar, di mana ya rollingpin? Ah, ambil saja botol sirup yang kosong sebagai rollingpin! my messy workplace

Pertama kucoba bakar 30 menit, udah enak, tapi tengahnya masih belum kering benar. Pas coba 50 menit, duh kayanya kekerasan jadinya. Nah, kalau yang 40 menit cukup deh, luarnya garing, dalamnya lumayan empuk. Rasa kue ini kayanya seperti kue sagu ya? Cuma kalau kue sagu keju itu gampang ngeprul, kalau ini cukup kokoh. Kue apa ya jaman dulu yang kaya gini, hmm? Walaupun nggak pakai kulit jeruk, tapi aroma daun juruk purutnya pas digigit wangiii banget!
the more the merry

Oiya, ini resepnya yang sudah diadaptasi aja ya ;)

Bangket Daun Jeruk
diadaptasi dari Majalah Sedap Sekejap

Bahan:

untuk santan:

3 lembar daun pandan
175 ml santan (dari 1/2 butir kelapa parut yang dicampur dengan 12-15 lembar daun suji dan air)

500 gram tepung kanji
2 lembar daun pandan
5 lembar daun jeruk purut -> aku pakai 6 lembar kecil
1 buah jeruk purut, ambil kulitnya -> aku nggak pakai, habis nggak ada sih
1/2 sendok teh garam
2 kuning telur
1 putih telur
200 gram gula halus

"ouch, my ear!"


Cara membuat:
- Blender daun suji yang sudah disobek-sobek dengan 100ml air hingga halus.
- Campur air suji ke parutan kelapa, aduk rata, peras, ambil santannya sebanyak 175ml atau lebihkan sedikit bila takut santan menyusut setelah mendidih nanti.
- Rebus santan, daun pandan, daun jeruk, kulit jeruk, dan garam sambil diaduk sampai mendidih. Angkat lalu saring dan dinginkan.
- Sangrai tepung kanji bersama daun pandan sampai daun pandan kering. Angkat dan dinginkan.
- Panaskan oven 140 derajat Celcius.
- Kocok telur dan gula sampai kental. Tambahkan tepung. Aduk rata lalu masukkan santan sedikit-sedikit sambil diaduk. Bila adonan sudah kalis (tidak lengket di tangan) tidak perlu mencampurkan semua santan.
- Giling adonan setebal 1 cm. Cetak lalu letakkan di loyang yang telah dioles margarin.
- Oven sampai matang, kurang lebih 40 menit.

..and a jar of it



Thursday, July 29, 2010

Cake Singkong


Aha! Akhirnya, GLUTEN FREE!
Setelah memendam sekian lama ingin membuat cake yang gluten free, akhirnya tercapai juga cita-citaku!
Kenapa harus gluten free? Nggak harus, tapi bagi sebagian orang; HARUS. Seorang teman yang memiliki anak Autis mau nggak mau harus mencari makanan yang gluten free, karena seorang pengidap Autis nggak boleh makan makanan yang mengandung gluten. Terigu merupakan bahan makanan yang mengandung gluten. Apakah dengan mengganti terigu sudah berarti aman bagi anak autis? Sayangnya belum. Mereka juga harus berhati-hati terhadap gula, dan sebagian dari mereka juga mengidap alergi terhadap bahan makanan lain seperti telur.
Bagaimana dengan anak yang nggak mengidap autis? Menurut Pak Wied Harry, pakar gizi yang suka ada di tv itu lho, gluten yang nggak tercerna tubuh bisa menggangu daya imun anak. Jadi sebaiknya jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan berbahan utama yang mengandung gluten. Begitulah kalau aku nggak salah. Kalau salah tolong diperbaiki, ya.

Anyway, dari dulu sebetulnya aku suka sama kue singkong yang dijual tetangga di dekat rumah Mamahku. Kuenya aku nggak tahu namanya, bentuknya seperti cake kecil, berbentuk bundar seperti pie, dengan warna kuning muda dan katanya dari singkong. Hmm.. Biasanya mamah memesan kue itu kalau sedang ada hajatan. Kalau nggak ada acara? Ya, nggak mesan. Makanya sekali memesan pasti jumlahnya nggak sedikit. Jadi nggak mungkin juga aku memesan kue itu cuma 2-3 potong.
Mamah sebetulnya punya buku resep tanpa gambar yang ada resep cake singkongnya, tapi namanya lain, entah apa, aku lupa. Kue itu sepertinya mirip dengan kue yang kumaksud. Lho, katanya tanpa gambar, kok tahu itu kue yang dimaksud? Soalnya di sampul buku resep tersebut ada foto kecil kue-kue yang mirip dengan si kue singkong tersebut. Tapi aku nggak pernah berani membuatnya.
Kadang Allah suka memaksa juga ya, ha ha ha! Sepertinya Dia tahu apa mauku, tapi Dia tahu juga aku suka malas, maka rasanya koran Kompas hari Minggu lalu agak 'memaksaku' untuk benar-benar mencoba membuatnya. Resep kue tersebut 'muncul lagi' di halaman koran tersebut dengan nama Cake Lapis Singkong. Cake ini berlapis dengan tiga warna. Diwarnai dengan pewarna sintetis tentunya.
Aku kan sudah berkomit untuk meniadakan pewarna sintetis sebisa mungkin dalam makanan-makanan yang aku buat. Maka, terbitlah ide pewarna alami: SUJI.
Sayangnya, aku nggak teliti membaca resep. Dalam daftar bahan yang dibutuhkan nggak tertera adanya kelapa parut. Baru saja aku mau membuatnya, baru aku sadar kalau di dalam keterangan cara membuatnya tertulis "campurkan kelapa parut..". Ha?? Aduh... kenapa nggak lengkap gini sih, daftar bahannya?? Alhasil, acara membuat kue diundur sehari demi membeli si kelapa parut. Maklum, waktu yang tersedia untuk membuat kue sangat pendek: cuma sebatas waktu tidur siang anak-anak. Begitu mereka bangun, maka berakhirlah acara masak-memasaknya :D
Akhirnya hari berikutnya jadi juga aku membuat kue ini. Takaran kelapa parutnya hanya kukira-kira sendiri saja. Takaran lain pun aku buat jadi ukuran cup. Hasilnya wangi daun pandan tercium semerbak dan warna hijaunya cerah. Bagian atasnya pun kutaburi almond panggang. Tadinya sih, maunya ditaburi dengan kenari panggang (kenari pada kue mengingatkanku pada resep-resep kue jaman dulu) tapi berhubung kenarinya belum sempat dipanggang, ya seadanya aja deh. Sayangnya kue ini bagian bawahnya agak basah. Sebetulnya bukan salah si resep. Aku duga karena aku nggak cukup kering memeras singkongnya. Lha wong aku cuma memeras pakai tangan terus ditiriskan di peniris aja kok. Pemalas memang. Next time, gunakan serbet deh untuk memeras singkongnya sampai tiris-ris-ris!
Jadi, saudara-saudara, ada dua pelajaran yang perlu dicermati dalam kesalahan yang kubuat kali ini. So learn from my mistake and DON'T DO IT! What you have to do is:
1. READ THOUROUGHLY A RECIPE BEFORE YOU DECIDE TO MAKE IT. Terutama pada resep yang sumbernya nggak mengkhususkan diri pada bidang masak-memasak.
2. SQUEEEEZE HARD TIL DRY. Singkongnya jangan cuma ditiriskan ya... :p

Nah, setelah menguingat-ingat kesalahanku -hiks- mari kita lihat resepnya. Selamat mencoba!

Cake baru dikeluarkan dari kukusan


Cake Singkong

Bahan:

1/2 kg singkong, parut halus
4 btr telur
1/2 cup kelapa parut
100 gr margarin, lelehkan
3/4 cup gula pasir
1/2 sdt garam
2 lbr daun pandan
4 lbr daun suji
1/4 cup air
2-3 genggam almond atau kenari panggang, remukkan kasar

Cara membuat:
- Blender halus daun pandan, daun suji dan air
- Saring daun yang sudah diblender dan campurkan airnya ke dalam parutan singkong, lalu aduk rata.
- Peras parutan singkong hingga tiris
- Campurkan kelapa dan garam ke dalam singkong dan aduk rata
- Siapkan dandang/kukusan di atas kompor dengan api besar
- Oles dasar loyang 20x20x5cm dengan sedikit margarin, lalu lapisi dg kertas roti atau plastik tahan panas.
- Kocok dengan kecepatan tinggi telur dan gula hingga mengembang tinggi, putih dan kental. Matikan mixer.
- Masukkan campuran singkong ke dalam telur perlahan, aduk balik dengan spatula hingga rata.
- Masukkan margarin cair sedikit-sedikit sambil diadukbalik hingga rata.
- Tuang ke loyang, ratakan. Taburkan dengan almond/kenari panggang.
- Kukus kue 30 menit, lalu tes tusuk. Bila kurang matang bisa ditambah waktu pengukusannya.
- Angkat dan biarkan dingin. Potong-potong.

*bisa jadi 24 potong mini cake*

Friday, July 23, 2010

Bola-bola Tempe



Hm.. tempe lagi.
Padahal, kecuali mendoan, tempe bukan makanan favoritku lho. Mungkin aku masih terbawa suasana aja gara-gara habis bikin tempe mendoan waktu itu.
Terinspirasi oleh resep perkedel tempe di salah satu tabloid juga, maka aku buat bola-bola tempe ini untuk cemilan anak-anak. Bumbunya masih mirip bumbu mendoan, karena masih terngiang-ngiang, haha! Halahh! Aku tambahkan daun sawi hijau untuk tambahan gizi. Tapi, mungkin lain kali aku coba dengan daun atau sayur lain. Soalnya menurut si nggak suka sayur alias ayah, sawi itu agak pahit.
Si dedek, seperti biasa, langsung makan. Sementara abang tadinya makan setengah, tapi habis itu bilang "nda enak" lalu menaruh setengah bola tempe ke piring. Tapi setelah dede berhenti makan di paruh bola kedua, abang mengambilnya dan bilang "abang emam" dan menghabiskan si bola tempe. Hihi..

Anyway, mari kita lihat resepnya.

Bola-bola tempe

Bahan
1 bata tempe, kukus
2 lembar daun sawi hijau, buang batangnya(atau sayur apa saja), iris halus
1 butir telur
2 sdm tepung beras
1 batang daun bawang, iris halus
garam
minyak untuk menggoreng

Bumbu:
1 siung bawang putih
2-3 siung bawang merah
1/2 sdt ketumbar halus
1 cm kencur

Cara membuat:
- Haluskan bumbu
- Aduk semua bahan jadi satu.
- Bentuk bola-bola sebesar bola bekel.
- Goreng hingga matang. Tiriskan dari minyak. Hidangkan.

*Aku lupa jadinya berapa buah. Tapi nggak banyaklah. Aku nggak pernah bikin makanan jumlahnya banyak, takut gagal, hehe.

Goodluck!

Monday, July 12, 2010

Macaroni Goreng

Alo!

Pernah punya buku resep yang busuk sebusuk-busuknya?
Mamahku punya. Bahkan bukan cuma satu.
Tapi buku besar resepnya yang paling kuingat, dan masih ada sampai sekarang, adalah kumpulan kliping resep-resep dari majalah dan tabloid. Ada satu buku kliping terlama, dari sejak aku SD buku itu sudah ada. Kumpulan kliping itu sampulnya karton merah dibundel di sisinya dengan lakban hitam. Suatu hari nanti kutunjukkan juga ya.
Buku kliping yang kedua sudah rancu kepemilikannya. Buku itu sebetulnya tugas dari mata pelajaran tata boga-ku sewaktu SMP. Tapi dulu aku memang nggak terlalu kreatif ya, mungkin bukuku ini termasuk yang paling jelek sekelas. Bikinnya buru-buru, karena aku menganggap enteng waktu. Kliping resepnya pun banyak yang berupa fotokopian, karena kayaknya nggak tega juga kalau harus memotong halaman dari majalah yang masih bagus.
Setelah buku ini jadi, buku ini lama sekali terabaikan. Bahkan bertahun-tahun nyaris tak tersentuh. Setelah ditemukan lagi, ternyata ada juga beberapa resep yang dimanfaatkan Mamah dan dicoba buat olehnya. Salah satunya si Macaroni Goreng ini.
Sejak dicoba untuk pertama kalinya, resep ini cukup sering juga dibuat baik untuk sarapan maupun untuk berbuka puasa. Makanan ini praktis, enak dan lengkap gizi. Cuma sayangnya di kliping ini nggak tercantum nama majalahnya. Siapa sih yang ngliping?? Payah deh! Oh... itu kan aku sendiri yang buat -__-"
Kebetulan setelah lama vacuum di milis NCC, bahkan emailnya kubuat 'digest', pas buka ternyata aku sedang ada di penghujung Pasta Week. "Week-week-an" ini adalah event online agar anggota milis membuat makanan dengan tema tertentu. Kali ini membuat makanan dari pasta.
Langsung jadi pengen ikutan. Tapi karena waktunya mepet-surepet, yang langsung terpikir ya, resep ini. Macaroni Goreng ini menurutku fusion antara Italia dan Asia. Meskipun semua bahannya hampir sama dengan membuat pasta a la Bolognaise, tapi cara membuatnya dengan ditumis (stir-fry), yang merupakan kekhasan masakan-masakan Asia. Belum lagi taburan bawang goreng di atas pastanya sebelum dinikmati. Lebih enak lagi dimakan dengan saus sambal. Yum...!

Anyway, aku nggak sempat 'kreatif' untuk merombak banyak resep ini, bahkan nyaris sama sekali sesuai resep. Aku cuma menyederhanakan cara membuat serta takarannya. Hehe, biasa, malas nimbang, bo. Eh, bahkan aku nggak nyadar bahwa di resep asli pakai air kaldu! Well, hanya untuk ikut meramaikan event. Lagipula, apa salahnya bikin makanan enak. Ya, kan? ;)

Berikut adalah resepnya

Macaroni Goreng


Bahan:
1 siung bawang putih cincang
1/2 buah bawang bombay besar
100 gr daging sapi cincang
1 buah tomat, dimasukkan ke dalam air mendidih sebentar. Kuliti, cincang halus.
2 sdm saus tomat
garam secukupnya
merica hitam bubuk sesuai selera
oregano bubuk sesuai selera
1/2 sdt gula pasir
150 gr macaroni elbow, rebus hingga matang, tiriskan
10 buah jamur merang, iris-iris
1 buah jagung manis, diambil bijinya
1 genggam kacang polong beku
bawang merah goreng untuk taburan

Cara membuat:
- Panaskan minyak
- Tumis bawang putih dan bawang bombay.
- Masukkan daging, tumis hingga berubah warna. Masukkan tomat dan saus tomat. Aduk.
- Setelah daging kelihatan mulai matang, masukkan jagung, jamur dan kacang polong. Aduk.
- Masukkan macaroni rebus, aduk rata.
- Bumbui dengan garam, gula, merica, oregano. Aduk hingga rata.
- Angkat setelah semua matang. Hidangkan bersama taburan bawang merah goreng.
- Lebih enak disantap bersama saus sambal.

Thursday, July 8, 2010

Mendoan Cilacap

Siang...
Lagi rajin nge-blog nih, he he.
Tadi pagi aku bikin makanan favoritku yang sebelumnya nggak pernah kucari tahu cara bikinnya. Apakah itu? TEMPE MENDOAN! Tiap jalan ke mana-mana kalau ada tukang mendoan di pinggir jalan bawaannya pasti ngiler. Meskipun belum tentu beli sih, soalnya seringnya nggak sempat mampir (hu..hu..).

Setelah beberapa kali kecewa karena hidangan sarapanku buatanku untuk anak-anak dikalahkan tempe goreng yang dibawakan Umi dari tukang nasi uduk, maka timbul ide untuk membuat tempe goreng sendiri untuk cemilan. Ide terus berlanjut, hm.., kenapa nggak tempe mendoan aja sekalian.
Langsung aku browsing di milis NCC(Natural Cooking Club), dan mendapatkan resep yang aslinya bernama Mendoan Cilacap ini. Resep ini diposting oleh Mbak Amy.
Memang banyak resep mendoan, tapi aku suka yang ini karenaaa... ukurannya pake sendok! Ha ha ha! Ya iyalah, coba bayangin, bikin tempe goreng aja masak harus menimbang-nimbang dulu terigunya berapa gram, dan seterusnya. Bo, males banget ngga sehhh?
Jadi aku bukan pilih resep ini karena resepnya a la Cilacap. Malah aku baru tahu mendoan ada yang dari Cilacap. Terus terang aku juga nggak tahu sebetulnya mendoan itu aslinya dari mana. Mari kita Google sebentar.. Nah, kalau menurut Wikibooks sih, berasal dari Banyumas. Okelah, tambahan pengetahuan sedikit, hi hi.
Nah, kali ini aku sengaja goreng agak sedikit lebih kering dari mendoan biasanya. Biar mirip tempe goreng biasa, tapi cita rasanya mendoan. Anak-anakku juga kan terbiasanya dengan tempe goreng tepung biasa. Lalu, aku juga pakai tempe biasa yang diiris tipis, bukan mendoan. Kalau ini cuma karena malas ke AlfaMidi, jadi aku titip Umi aja untuk beli di tukang sayur. Setalah jadi aku sediakan cabai rawit. Maunya sih, pakai sambal kecap. Tapi karena resep aslinya nggak menyertakan resepnya, aku juga malas bikinnya ^^.
Alhamdulillah dibilang enak sama Abi. Dedek juga doyan. Umi bilang enak. Ayah bilang biasa aja, tapi habis makan dua potong. Cuma Abang kayaknya lagi ogah makan, cuma makan sepotong. Nggak apa-apalah, yang penting aku happy, next time bikin lagi! ^^

Mendoan Cilacap
Resep ala Ibu Mertuanya Mbak Amy

Bahan:
• 10 buah tempe mendoan (kalau tidak ada bisa dengan tempe biasa yang
diiris tipis-tipis)
• 2 batang daun bawang, iris halus
• 1 sdm tepung beras
• 3 sdm tepung terigu
• Air secukupnya hingga kekentalan tercapai
• minyak goreng untuk menggoreng

Bumbu dihaluskan:
• 2 siung bawang putih
• 1 butir kemiri
• 1 sdt ketumbar, haluskan
• kencur secukupnya
• garam secukupnya

Cara membuat:
1. Aduk tepung dengan bumbu halus, daun bawang, dan air (masukkan
sedikit demi sedikit) hingga rata.
2. Celupkan tiap lembar tempe mendoan dalam adonan tepung.
3. Goreng dalam minyak panas dan banyak hingga adonan tepung matang
tetapi tidak kering, cukup putih saja warnanya. Angkat, tiriskan.
4. Sajikan hangat dengan cabe rawit.

Mau lagiiii!!



Dedek lagi mam, am!