Showing posts with label gluten-free. Show all posts
Showing posts with label gluten-free. Show all posts
Friday, July 20, 2012
Homemade ChocoCashew Spread
Do you ever buy something in a jar and thought, hmm this thing seems very easy if we make it by ourselves at home, rather then bought it in the supermarket.
Well, that's what I thought about nutella. I tought this could be probably contains hazelnut and chocolate, that's it. I believe home made is better because we are the one who put ingredients in our food. While store-brought food, well, we don't really know what did they put in store-bought foods. They probably using preservatives, and who know how much and what kind of sugar they put in it, right?
Then I found that many home made nutella recipes do not use chocolate, instead they use cocoa powder. Hmm, interesting. Even better, I thought. I also found that some of them using honey, with more less sugar. This getting better and better, I thought!
So, I made this yesterday, not using hazelnut but using roasted cashew. I bought non-salted cashew from bulk food alley. I used the blender to grind and blend the ingredients, it is quite smooth, but not too smooth. If you see the pictures you still can see it a bit gritty. But, for me it's not a big deal. I actually love the result.
The true tester is the family, of course. My husband thought it was a bit too salty. But, I thought it taste okay, if you get used to peanut butter. Then, the next test was to the kids. My eldest straightly recognize that the jar is not the regular chocolate jar. Of course, I re-used the marmalade jar.
After he tasted it, he said he likes it. Alhamdulillaaahhh... I know that everything-chocolate is good to him, ha ha. As my youngest woke up, I didn't worry at all, he can eat almost anything.
Then my conclusion is that I will make again after this one is finish, probably with less salt.
Not to mention that it saves money too ;)
ChocoChasew Spread
ingredients:
1 cup of roasted cashews
5 tbsp milk
6 tbsp honey
2 tbsp canola oil
2 tbsp cocoa powder
3 tbsp hot water
1/4 tsp salt or less
Directions:
- Make paste from cocoa powder and hot water. Set aside.
- Grind cashew, salt, and milk until smooth.
- Add oil and honey, blend well.
- Add cocoa paste and blend well. If it's too hard for your blender to blend all, you might want to continue stirring with spoon.
- Move into a jar, close tight and put in the fridge.
- Enjoy it with anything!
Sunday, April 22, 2012
Semur Domba (Lamb Semur)
Semur is authentic Indonesian recipe. It's meat, with spices and most importantly, sweet soy sauce.
It's a Betawi(old name of Jakarta) very old recipe.
Like any recipe, ingredients and way of cooking sometimes depend on the cook. Even my grandmother and my mom cook Semur in slightly different way with slightly different spices. They were from Betawi origin.
So, my husband request to today's menu is Semur, made of of lamb. Semur are usually made of beef, but there are some from chicken too. Some I heard made of goat. But I never made it either from goat nor lamb.
So here it is, made as Ayah's request; using not so much soy sauce as it supposed to be. It's usually more dark, brown to black colour because use a lot of sweet soy sauce. But Ayah doesn't like too much soy sauce because it will be too sweet for him.
By the way, the shallots here in NZ are big. So I use only 4 cloves. But if you are in Indonesia, you can use 5 shallots.
Oh, one more thing, I will tell you a little secret later about a natural way in tenderizing meat, ok? ;)
Lamb Semur
Ingredients:
1kg lamb, diced
Sweet soy sauce
Salt
Water
Cooking oil
Fried shallots to spread
Spices:
5 shallots
2 cloves of garlic
5 candle nuts
2cm of ginger
2 lemon grass stalks
tsp white pepper
1/2 nutmeg
Directions:
- Grind shallots, garlic, candle nuts and ginger.
- Stir-fry the ground spices and lemon grass with enough oil (about 4-5 tablespoons)until you can smell nice fragrant from it
- Pour some sweet soy sauce.
- Stir in lamb until the colour changed.
- Pour in water, nutmeg, pepper and salt.
- Taste the salt, and you can add the sweet soy sauce to suit your taste.
- Cook until well done.
- Put them in a bowl. Spread the fried shallots on it. Serve.
Thursday, June 16, 2011
Lapis Beras Pandan Suji

Love this!
Sebetulnya minggu lalu aku membuat kue pepe(kue Betawi), cuma ngga sempat didokumentasikan. Karena senang dengan hasil kue lapis tapioka/sagu tersebut, aku jadi terinspirasi membuat kue tradisional lainnya.
Di lemari kebetulan aku ternyata punya cukup banyak tepung beras. Jadi ingat Mamah suka memesan Kue Lapis Beras ini dari tetangga.
Setelah semedi sebentar dengan Mbah Google, aku menemukan dua resep ini(resep NCC di blognya mbak Hesti) dan itu(resep Femina di blognya mbak Lukie). Thanks to them ;) Setelah semedi selesai, aku memutuskan untuk sedikit menggabungkan keduanya. Aku masih ingin menggunakan pewarna alami, tapi dengan cara yang lebih simple. Caranya di bawah ini, mudah-mudahan dapat dipahami ya :)
Untuk pewarna dan perasa aku gunakan pandan, suji dan daun jeruk. Sayangnya daun jeruknya yang ada di rumah cuma sedikit. Tapi nggak apa-apa, pakai sajalah! Lalu aku menggunakan 4 lembar daun pandan saja, dan itu sudah cukup terasa aromanya sampai saat gigitan pun. Sedangkan daun suji aku hanya memakai 20 lembar, karena nggak tega merontokkan terlalu banyak daun dari si pohon :P Hasil warnanya seperti di foto ya, hijau alami.
Aku membuat kue ini malam-malam. Aku pakaikan dulu anak-anak piyamanya, dan kutempatkan di pos masing-masing (hehe). Setelah itu kutinggal sebentar untuk memanaskan santan. Baru kemudian aku menemani si Dede tidur.
Setelah Dede tidur barulah aku kembali ke dapur untuk menyelesaikan kuenya. Sambil membuat kue lapis per lapis, aku bisa merapikan rumah(yang mirip kapal induk pecah!) dan mencuci piring. Sempat juga makan mie instan sekalian sahur buat puasa keesokannya. Begitu selesai baru aku tidur. Setelah shalat Subuh baru aku potong-potong kuenya. Enak banget memotongnya, gampang!
Dede bangun dan seperti biasa memeriksa meja makan. Barusan dia sudah menghabiskan dua potong kue.
Puas deh, bisa bikin kue yang dijual tukang-tukang kue. Rasanya ketagihan bikin kue-kue tradisional. Sensasinya beda sama bikin cake. Apa aku lagi bosan aja sama cake ya? ;)

Lapis Beras Pandan Suji
Bahan :
250 gr tepung beras
100 gr tepung tapioka
300 gr gula pasir
1 liter santan
4 lbr daun pandan
20 lbr daun suji
3 lembar daun jeruk purut, sobek bagian tulangnya
1 sdt garam
Cara Membuat:
- Masak santan, daun jeruk, 3 lembar daun pandan dan garam sambil diaduk-aduk hingga mendidih, angkat, sisihkan.
- Ambil dua cup santan tadi dan bagilah ke dalam dua mangkuk berbeda. Maka kita mendapatkan 3 mangkuk santan: 1 bagian besar santan, dan 2 bagian santan masing-masing sejumlah 1 cup.
- Masukkan daun suji dan selembar daun pandan ke dalam blender bersama satu cup santan. Blender. Saring dan peras, hingga mendapatkan satu cup santan berwarna hijau. Sisihkan.
- Taruh di wadah, tepung beras, tepung sagu, gula pasir, aduk rata, tuangi bagian besar santan sedikit demi sedikit sampai santan habis sambil diuleni hingga menjadi adonan yang encer. Saring bila perlu.
- Bagi dua adonan encer ini ke dalam dua mangkuk santan yang berwarna putih dan berwarna hijau. Aduk rata adonan dan santan di masing-masing mangkuk.
- Panaskan dandang hingga airnya mendidih. Kecilkan api.
- Siapkan loyang 20x20, poles minyak sayur tipis-tipis.
- Tuang adonan putih dan hijau bergantian hingga terbentuk lapisan-lapisan. Kukus tiap lapisan 5-10 menit.
- Gunakan sendok sayur yg sama untuk menyendok adonan hijau dan putih.
- Ulangi terus sampai adonan habis, terakhir kukus 20 menit.
- Dinginkan, keluarkan dari loyang, potong-potong dengan menggunakan pisau yang dilapis plastik.

Thursday, April 14, 2011
Talam Ketan Kabocha

Haloo..
Still, due to my broken mixer, I have to find recipes that don't need the mixer. Seperti kita ketahui, kebanyakan kue-kue Indonesia memang tidak membutuhkannya.
Saat minggu lalu ke supermarket, aku (hampir selalu)tergiur oleh kabocha dan labu parang yang dijual setengah bagian. Memang sih, selain kabocha dan labu parang, aku juga sering tergiur dengan strawberry. Anyway. Kupilih kabocha kecil.
Di rumah aku sadar harus segera memutuskan akan dibuat apa si kabocha ini sebelum dia busuk di kulkas (lagi).
Kuingat Ayah suka dengan talam ketan, I guess that should be the name. Tahu kan, kue yang lapisan bawahnya ketan putih, dan lapisan atasnya talam berwarna coklat? Bukan, bukan ketan sarikaya. Mirip, tapi talam ketan ini atasnya tidak lunak seperti halnya sarikaya. Sebaliknya, bagian atasnya legit seperti kue talam.
Aku lalu mengubek-ubek Oom Google dan mendapatkan 2 resep berbeda. Sayangnya aku lupa sumbernya ^^. Maaf ya! Setelah membaca resep baik-baik, aku mencoret-coret beberapa perubahan dan menggabungkan dua resep menjadi satu.
As result, rasanya cukup berhasil. Hanya, aku membuat satu kesalahan. Yea~yea, it wasn't me if I didn't do any mistake, right? @__@. Kesalahannya adalah aku lupa mengecilkan api saat adonan talamnya masuk. Kenapa salah? Karena api besar membuat permukaan talam bergelombang dan berongga. Sepertinya aku masih terpengaruh dengan cara membuat bolu kukus ya? Hiks! Setelah akhirnya aku ingat dengan catatan soal pemakaian apinya di salah satu resep tersebut, sayangnya sudah terlambat. As you can see in the pics, they became not-so-pretty :(.
Untungnya, rasanya masih oke. Ayah suka. Horee! *alhamdulillah*
Oya, sebetulnya ukuran gula tidak aku ubah sama sekali dari resep asli, dan ternyata rasa manisnya menjadi cukup mild. Mungkin bagi beberapa orang yang suka manis-manis rasa manis seperti ini dirasa kurang. Silakan menambahkan jumlah gula jika ingin, tapi aku sih merasa cukup.
Warna kuning kabocha sepertinya cenderung lebih pucat dibanding labu parang yang lebih jingga. Mungkin lain waktu aku akan mencoba memakai labu parang saja agar warnanya lebih menarik.
So here's the recipe. Good luck!
Talam Ketan Kabocha
Bahan:
250 gr ketan putih
250 ml santan
1/2 sdt garam
1-2 lbr daun pandan, sobek-sobek
Talam:
200 gr kabocha, kukus
5 btr telur
70 gr tepung tapioka
30 gr tepung beras
170 ml santan
100 gr gula pasir
1/2 sdt garam
1-2 lbr daun pandan, sobek-sobek
Cara Membuat:
Ketan:
- Rendam ketan selama 2 jam. Tiriskan.
- Kukus ketan 15 menit. Angkat.
- Masak santan, pandan dan garam hingga mendidih. Kecilkan api, masukkan ketan kukus. Aduk hingga santan habis terserap ketan. Matikan api. Buang daun pandannya.
- Siapkan loyang 20x20, olesi dengan minyak sayur.
- Ratakan ketan pada loyang. Kukus lagi kira-kira 30 menit atau hingga matang.
Talam:
- Panaskan santan, garam dan daun pandan hingga mendidih sebentar. Angkat. Biarkan dingin. Buang daun pandannya.
- Haluskan kabocha dengan blender bersama dengan sedikit santan.
- Masukkan tepung tapioka dan tepung beras ke dalam sisa santan sambil diaduk hingga rata.
- Di mangkuk lain, kocok telur dan gula dengan menggunakan whisker hingga gula larut.
- Masukkan telur ke dalam adonan tepung. Aduk rata.
- Masukkan kabocha ke dalam adonan tepung. Aduk hingga rata.
- Kecilkan api di bawah dandang.
- Tuang adonan talam ke atas ketan kukus.
- Kukus hingga matang.
- Angkat. Biarkan dingin. Potong-potong dan hidangkan.
Selamat menikmati ^^!

Wednesday, January 5, 2011
Cake Pisang Tepung Beras

Sore...
Lagi seneng banget nih, habis bikin cake-nya mbak Nur El yang pernah ikutan Banana Week. Sampai-sampai belum ijin sama yang punya resep. Resep aslinya di sini ya.
Untuk Mbak Nur El, salam kenal dan sekalian ijin contek resep dan ngelink dari blog-ku ya Mbak. Maap nyontek dulu baru minta ijin, huhu.. *push up dulu deh*
Kuenya spongyyyy banget. Menggemaskan, pengen aku remes-remes (psycho-mode on!). Aku senang banget bisa kue yang gluten-free, additive-free kaya gini. Rasanya insyaAllah lebih alami dan lebih sehat.

Ada sedikit perbedaan dari resepnya mbak Nur. Aku memilih memakai minyak sayur ketimbang mentega maupun margarin, karena masih ingat Pak Wied Harry bilang kalau nggak salah untuk kue lebih baik pakai minyak saja. Lalu aku pakai tepung tapioka sebagai pengganti tepung sagu. Jumlah pisangnya juga kulebihin sedikiiit sekali sekitar 10 gram lagi.
Aku memutuskan untuk memanggang dengan loyang loaf. Eh, ternyata masih bersisa banyak. Jadilah aku mengerahkan loyang-loyang muffin bersama liner-nya. Alhasil aku dapat 6 cupcake dan 1 loaf cake. Hooray!
Oiya, Mbak Nur El memanggang cakenya lama banget ya 1 1/4 jam(??). Aku memanggang baru sekitar 25-30 menit aja bagian atasnya sudah coklat gelap nyaris hitam. Kusimpulkan sih karena ovennya aja ya. Well, beda rumput, beda belalang. Beda rumah, beda ovennya ya, hehe!
Pokoknya seneng banget deh, terima kasih berat buat Mbak Nur El *peluk erat!*.

Cake Pisang Tepung Beras
Bahan:
160 gr pisang ambon
90 ml minyak sayur
100 gr tepung beras
20 gr tepung tapioka
4 btr telur ayam
100 gr gula palem
1/4 sdt garam
Cara membuat:
- Ayak bersama tepung beras, tepung sagu dan garam. Sisihkan.
- Haluskan pisang (aku menggunakan blender). Sisihkan.
- Panaskan oven pada suhu 190 derajat celsius.
- Lapis loyang dengan olesan tipis margarin, kertas roti, lalu olesan tipis margarin lagi. Bisa juga menggunakan loyang muffin dan mangkuk kertas tanpa oles-oles lagi. Sisihkan.
- Kocok telur dan gula palem dng kecepatan tinggi hingga adonan mengembang dan kental.
- Turunkan kecepatan menjadi kecepatan paling rendah. Masukkan pisang. Aduk hingga merata. Masukkan campuran tepung bergantian dengan minyak. Sambil diaduk hingga merata. Matikan mikser.
- Tuang adonan kedalam loyang. Panggang dng suhu 190 derajat celcius selama 25-30 menit, atau tergantung oven masing-masing.
- Keluarkan loyang dari oven.
- Tunggu hingga agak dingin agar cake sudah bisa dilepas dari loyang. Setelah dipotong-potong. Siap untuk disajikan.

Wednesday, October 27, 2010
Bangket Daun Jeruk

Aku jarang banget bikin kue kering alias cookies. Bahkan di blog ini juga belum pernah ya?
Tadinya aku nggak tertarik untuk ikutan Bangket Week-nya NCC. Tapi kok, lama-lama tertarik juga ya. Pas lihat-lihat resep dari panitianya, hm.., kayaknya bisa dicoba nih. Dari beberapa resep yang diberikan, tadinya mau bikin Bangket Kacang a la mbak Nadrah aja. Setelah pikir-pikir, kayaknya kalau pakai terigu kurang 'Endonesah' yaa.. Akhirnya kuputuskan untuk pakai resep nomer 2, sumbernya dari Majalah Sedap, yaitu Bangket Jeruk Nipis. Which, I'm wondering, kan nggak ada jeruk nipisnya, kenapa namanya pakai '-Jeruk Nipis' ya?
Anyway, pas mau bikin ini terus terang aku nggak ada gambaran sama sekali Bangket itu seperti apa. Teksturnya kaya apa, rasanya kaya apa, belum terbayang. Setahuku kue Bangkit itu, menurut almarhumah nenekku adalah kue kering asli Betawi. Tapi menurut ibu-ibu di NCC, Bangket itu kuenya orang Sumatera. Seingatku juga, Bangket kuenya tebal berwarna cokelat dan berempah. Kalau nggak salah, kue ini juga bukan kue yang lumer di mulut seperti -katanya- Bangket Susunya mbak Nadrah.
Karena sudah banyak yang membuat Bangket Susu, maka aku tertarik untuk membuat bangket yang lain. Tercetus ide untuk mewarnai bangket ini dengan Suji. Sayangnya, sepertinya aku memakai sujinya kurang banyak. Hasil kuenya berwarna hijau pucat, yang yah... nggak apa-apa juga. Cantik-cantik aja menurutku. Tapi mungkin lain kali aku memakai lebih banyak daun suji, mungkin sekitar 12-15 lembar.
Sekarang cetaknya pakai apa ya? Tadinya sih, terpikir untuk dicetak tangan aja. Tiba-tiba ingat cetakan Bento dari temanku Fitri. Maka kupakailah cetakan berbentuk bunga dan muka kelinci. Tadinya mau pakai cetakan beruang juga, tapi sepertinya tangan dan kakinya yang kecil akan menyulitkanku mengeluarkan adonan. Jadi, maaf Pak beruang. Lalu baru sadar, di mana ya rollingpin? Ah, ambil saja botol sirup yang kosong sebagai rollingpin!

Pertama kucoba bakar 30 menit, udah enak, tapi tengahnya masih belum kering benar. Pas coba 50 menit, duh kayanya kekerasan jadinya. Nah, kalau yang 40 menit cukup deh, luarnya garing, dalamnya lumayan empuk. Rasa kue ini kayanya seperti kue sagu ya? Cuma kalau kue sagu keju itu gampang ngeprul, kalau ini cukup kokoh. Kue apa ya jaman dulu yang kaya gini, hmm? Walaupun nggak pakai kulit jeruk, tapi aroma daun juruk purutnya pas digigit wangiii banget!

Oiya, ini resepnya yang sudah diadaptasi aja ya ;)
Bangket Daun Jeruk
diadaptasi dari Majalah Sedap Sekejap
Bahan:
untuk santan:
3 lembar daun pandan
175 ml santan (dari 1/2 butir kelapa parut yang dicampur dengan 12-15 lembar daun suji dan air)
500 gram tepung kanji
2 lembar daun pandan
5 lembar daun jeruk purut -> aku pakai 6 lembar kecil
1 buah jeruk purut, ambil kulitnya -> aku nggak pakai, habis nggak ada sih
1/2 sendok teh garam
2 kuning telur
1 putih telur
200 gram gula halus

Cara membuat:
- Blender daun suji yang sudah disobek-sobek dengan 100ml air hingga halus.
- Campur air suji ke parutan kelapa, aduk rata, peras, ambil santannya sebanyak 175ml atau lebihkan sedikit bila takut santan menyusut setelah mendidih nanti.
- Rebus santan, daun pandan, daun jeruk, kulit jeruk, dan garam sambil diaduk sampai mendidih. Angkat lalu saring dan dinginkan.
- Sangrai tepung kanji bersama daun pandan sampai daun pandan kering. Angkat dan dinginkan.
- Panaskan oven 140 derajat Celcius.
- Kocok telur dan gula sampai kental. Tambahkan tepung. Aduk rata lalu masukkan santan sedikit-sedikit sambil diaduk. Bila adonan sudah kalis (tidak lengket di tangan) tidak perlu mencampurkan semua santan.
- Giling adonan setebal 1 cm. Cetak lalu letakkan di loyang yang telah dioles margarin.
- Oven sampai matang, kurang lebih 40 menit.


Thursday, July 29, 2010
Cake Singkong

Aha! Akhirnya, GLUTEN FREE!
Setelah memendam sekian lama ingin membuat cake yang gluten free, akhirnya tercapai juga cita-citaku!
Kenapa harus gluten free? Nggak harus, tapi bagi sebagian orang; HARUS. Seorang teman yang memiliki anak Autis mau nggak mau harus mencari makanan yang gluten free, karena seorang pengidap Autis nggak boleh makan makanan yang mengandung gluten. Terigu merupakan bahan makanan yang mengandung gluten. Apakah dengan mengganti terigu sudah berarti aman bagi anak autis? Sayangnya belum. Mereka juga harus berhati-hati terhadap gula, dan sebagian dari mereka juga mengidap alergi terhadap bahan makanan lain seperti telur.
Bagaimana dengan anak yang nggak mengidap autis? Menurut Pak Wied Harry, pakar gizi yang suka ada di tv itu lho, gluten yang nggak tercerna tubuh bisa menggangu daya imun anak. Jadi sebaiknya jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan berbahan utama yang mengandung gluten. Begitulah kalau aku nggak salah. Kalau salah tolong diperbaiki, ya.
Anyway, dari dulu sebetulnya aku suka sama kue singkong yang dijual tetangga di dekat rumah Mamahku. Kuenya aku nggak tahu namanya, bentuknya seperti cake kecil, berbentuk bundar seperti pie, dengan warna kuning muda dan katanya dari singkong. Hmm.. Biasanya mamah memesan kue itu kalau sedang ada hajatan. Kalau nggak ada acara? Ya, nggak mesan. Makanya sekali memesan pasti jumlahnya nggak sedikit. Jadi nggak mungkin juga aku memesan kue itu cuma 2-3 potong.
Mamah sebetulnya punya buku resep tanpa gambar yang ada resep cake singkongnya, tapi namanya lain, entah apa, aku lupa. Kue itu sepertinya mirip dengan kue yang kumaksud. Lho, katanya tanpa gambar, kok tahu itu kue yang dimaksud? Soalnya di sampul buku resep tersebut ada foto kecil kue-kue yang mirip dengan si kue singkong tersebut. Tapi aku nggak pernah berani membuatnya.
Kadang Allah suka memaksa juga ya, ha ha ha! Sepertinya Dia tahu apa mauku, tapi Dia tahu juga aku suka malas, maka rasanya koran Kompas hari Minggu lalu agak 'memaksaku' untuk benar-benar mencoba membuatnya. Resep kue tersebut 'muncul lagi' di halaman koran tersebut dengan nama Cake Lapis Singkong. Cake ini berlapis dengan tiga warna. Diwarnai dengan pewarna sintetis tentunya.
Aku kan sudah berkomit untuk meniadakan pewarna sintetis sebisa mungkin dalam makanan-makanan yang aku buat. Maka, terbitlah ide pewarna alami: SUJI.
Sayangnya, aku nggak teliti membaca resep. Dalam daftar bahan yang dibutuhkan nggak tertera adanya kelapa parut. Baru saja aku mau membuatnya, baru aku sadar kalau di dalam keterangan cara membuatnya tertulis "campurkan kelapa parut..". Ha?? Aduh... kenapa nggak lengkap gini sih, daftar bahannya?? Alhasil, acara membuat kue diundur sehari demi membeli si kelapa parut. Maklum, waktu yang tersedia untuk membuat kue sangat pendek: cuma sebatas waktu tidur siang anak-anak. Begitu mereka bangun, maka berakhirlah acara masak-memasaknya :D
Akhirnya hari berikutnya jadi juga aku membuat kue ini. Takaran kelapa parutnya hanya kukira-kira sendiri saja. Takaran lain pun aku buat jadi ukuran cup. Hasilnya wangi daun pandan tercium semerbak dan warna hijaunya cerah. Bagian atasnya pun kutaburi almond panggang. Tadinya sih, maunya ditaburi dengan kenari panggang (kenari pada kue mengingatkanku pada resep-resep kue jaman dulu) tapi berhubung kenarinya belum sempat dipanggang, ya seadanya aja deh. Sayangnya kue ini bagian bawahnya agak basah. Sebetulnya bukan salah si resep. Aku duga karena aku nggak cukup kering memeras singkongnya. Lha wong aku cuma memeras pakai tangan terus ditiriskan di peniris aja kok. Pemalas memang. Next time, gunakan serbet deh untuk memeras singkongnya sampai tiris-ris-ris!
Jadi, saudara-saudara, ada dua pelajaran yang perlu dicermati dalam kesalahan yang kubuat kali ini. So learn from my mistake and DON'T DO IT! What you have to do is:
1. READ THOUROUGHLY A RECIPE BEFORE YOU DECIDE TO MAKE IT. Terutama pada resep yang sumbernya nggak mengkhususkan diri pada bidang masak-memasak.
2. SQUEEEEZE HARD TIL DRY. Singkongnya jangan cuma ditiriskan ya... :p
Nah, setelah menguingat-ingat kesalahanku -hiks- mari kita lihat resepnya. Selamat mencoba!

Cake Singkong
Bahan:
1/2 kg singkong, parut halus
4 btr telur
1/2 cup kelapa parut
100 gr margarin, lelehkan
3/4 cup gula pasir
1/2 sdt garam
2 lbr daun pandan
4 lbr daun suji
1/4 cup air
2-3 genggam almond atau kenari panggang, remukkan kasar
Cara membuat:
- Blender halus daun pandan, daun suji dan air
- Saring daun yang sudah diblender dan campurkan airnya ke dalam parutan singkong, lalu aduk rata.
- Peras parutan singkong hingga tiris
- Campurkan kelapa dan garam ke dalam singkong dan aduk rata
- Siapkan dandang/kukusan di atas kompor dengan api besar
- Oles dasar loyang 20x20x5cm dengan sedikit margarin, lalu lapisi dg kertas roti atau plastik tahan panas.
- Kocok dengan kecepatan tinggi telur dan gula hingga mengembang tinggi, putih dan kental. Matikan mixer.
- Masukkan campuran singkong ke dalam telur perlahan, aduk balik dengan spatula hingga rata.
- Masukkan margarin cair sedikit-sedikit sambil diadukbalik hingga rata.
- Tuang ke loyang, ratakan. Taburkan dengan almond/kenari panggang.
- Kukus kue 30 menit, lalu tes tusuk. Bila kurang matang bisa ditambah waktu pengukusannya.
- Angkat dan biarkan dingin. Potong-potong.

*bisa jadi 24 potong mini cake*
Subscribe to:
Posts (Atom)