Friday, January 15, 2010

Lebih Alami, Lebih Baik



Baking powder, baking soda, emulsifier, pewarna makanan, pasta perasa, MSG, kita sering dengar, kan?
Sejak aku belajar membuat kue aku makin sering dengar benda-benda ini. Kalau kata orang semakin banyak belajar, semakin bingung, itulah yang dialami aku, hehe. Tapi, mungkin ini bingung yang bagus, karena karena ketidakmengertianku mengantarkan aku untuk penasaran menemukan jawabannya. Apa yang aku bingungkan? Ok, aku sedikit tahu kalau mereka membantu mengembangkan, atau mewarnai, atau memberi rasa, atau mempertahankan agar kue tetap mengembang. Hmm..ok. Tapi..terbuat dari apakah mereka?
Sudah lama aku meragukan bahan makanan dan minuman instan. Aku perhatikan kok, aroma makanan yang satu dan yang lain mirip sekali. Lebih parah lagi aku merasai aroma minuman kemasan bisa sama sekali dengan aroma sabun cair untuk cuci tangan. Lalu penasaran mengalir ke label kemasan. Ya, memang ada zat pemberi aroma. Mungkin esens aroma untuk makanan dan untuk sabun berbeda (seharusnya sih), tapi aku memang nggak mengerti kode-kode zat sintetis ini. I'm no food expert.


Sejak aku punya anak aku lebih hati-hati lagi dengan pemilihan makanan. Aku kan, harus memberi makanan yang baik dan halal untuk anak-anakku, bukan? Sejak aku masih single pun, I never-ever trust instant baby food. I mean, what's good from those boxed food?
Pertama, coba lihat label kandungan bahan-bahan di kemasannya. Ups, maaf, coba lihat dulu judul makanannya, rasa strawberry? rasa pisang? Ok. Lalu lihat apakah ada pisang sungguhan di label kandungan bahannya? Nggak ada? Yang ada 'perasa pisang'? Pewarna 'pisang'? Nggak cuma makanan bayi, tapi juga makanan kemasan lainnya kan? It's a fake.(I raise my shoulders and open my hands, literally). So, what's good in those boxes, I have to ask again?
Kalau kita makan hanya untuk kesenangan, ok lah. Tapi, kalau mencari sehat, apalagi untuk anak-anak, apa ada yang kita cari itu dalam makanan tersebut? Lalu mereka mengklaim 'kan, kami menambahkan vitamin X, Y, Z dan DHA, bla bla whatever'. Ok. Apa sudah ditambahkan sesuai dengan porsi yang seharusnya? berlebihkah? Kurangkah? Kita nggak pernah tahu kan?
'Ya percaya saja kalau BPOM sudah merestui mereka beredar, maka makanan itu berarti sudah cukup baik'. Are you sure?
Kembali ke zat tambahan makanan. Ya memang bagi tukang kue pakai zat-zat ini sangat membantu menghemat waktu dan modal. Dengan bahan tersebut kita bisa mengocok telur lebih cepat mengembang, kue kelihatan lebih cantik karena tinggi, warna kue lebih menarik, dan kue bisa berasa aroma tertentu dalam waktu singkat.
Tapi, kalau kita mau penasaran sedikit, sebetulnya apa sih, isi bahan-bahan tersebut? Contohlah, emulsifier. Mari kita browse, itu gunanya internet, kan? Aku menemukan ini. Ternyata kita, terutama yang Muslim, juga mesti hati-hati dalam memilih bahan untuk makanan. Kalau penampakannya nggak seperti babi, bukan berarti nggak haram. Wkwkwkkkk, maaf ya kalau aku ngomong, atau ngetik, suka kejam bahasanya. Nah, daripada ragu, sebaiknya di-skip saja. Nggak usah pakai.
Sekarang masuk ke pewarna atau pasta perasa tambahan. Pasta strawberry. Apakah terbuat dari strawberry? Coba lihat gambar. Apakah ada 'buah strawberry' di label komposisinya?
Hmm.. I think not. Kecuali kalau mataku sudah nambah lagi minusnya.

Bagaimana dengan kepraktisan? Ya, tentu lebih praktis kalau kita ambil kemasan tepung berbumbu lalu bikin ayam goreng tepung untuk anak-anak. Rasanya, sudah pasti gurih dan enak. Coba cek bahan-bahan di labelnya, sudah pasti ada MSG. Ya, tentu pakai MSG karena kalau beli langsung jadi di gerai fastfood pun biasanya pakai MSG juga. Sudah banyak bahasan tentang MSG ya, salah satunya di sini. Meskipun masih ada kontradiktifnya antara yang mencapnya buruk dan yang tidak, tapi kalau ragu-ragu, lebih baik skip. Iya, kan?


I don't want to be a hypocrite. Aku juga masih makan kok, food additive. Lihat saja di blog ini aku masih pakai baking powder kadang-kadang, he he. Tapi ya itu, sejak punya anak aku merasa kalau kita memakan sesuatu, there should be something good in it. Bukan cuma sekedar kenyang. Jadi aku bukan sama sekali anti. Sometimes it's so inevitable. Tapi kita bisa menguranginya mulai dari rumah, kan? Kalau kita makan, pasti kadang di rumah, kadang di luar. Di luar kita mungkin tidak bisa membendung makanan-makanan yang bahannya nggak terlalu kita inginkan, karena kita nggak tahu persis proses memasaknya, apalagi resep makanannya. Makanya mungkin sebaiknya kita dampingi dengan makanan yang lebih baik di rumah. Semoga sih, seenggaknya bisa dapat 50-50, antara yang baik dan yang..er..kurang baik.
Anyway, again, I'm no expert. I'm just a mom whose trying to find good food for her kiddos.
Aku bermimpi, suatu hari bisa bikin kue-kue dan makanan yang lepas dari zat-zat yang nggak jelas. Makanya dimulai dari sekarang, resep-resepku akan kulabeli mana yang nggak pakai zat-zat tersebut dengan label 'additives-free'. Kita lihat nanti berapa banyak yang pakai, dan berapa banyak yang nggak. Bismillah...

Friday, January 8, 2010

Pandan dan Suji

Apa itu pandan dan suji?
Brrr... jangan-jangan suatu hari nanti anak-anak kita menjawabnya dengan: pasta!
Atau... jangan-jangan masih banyak dari kita yang nggak tahu bentuk pandan dan suji juga?

beruntung aku punya almarhumah nenek yang suka masak dan membuat kue-kue jaman dulu (I miss you Nek :( ), dan beruntung di halaman rumah orangtuaku yang lumayan luas ini tumbuh tanaman pandan dan suji. Makanya aku tau bagaimana mereka biasa dipakai dan bagaimana bentuk mereka. Tapi sejak beliau meninggal kue-kue jaman dulu itu sudah jarang muncul di dapur kami. Tunggu, kita nggak sedang membahas itu kan? Ok, balik ke topik.
Untuk yang belum tahu bentuk daun pandan dan daun suji (no, they're not coming out from the bottle), mereka adalah tanaman yang berikut ini akan sedikit dijelaskan menurut homemades.
Daun pandan biasa kita pakai karena wanginya. Untuk mendapatkan aroma pandan pada makanan yang kita buat cukup dengan memasukkan daun tersebut yang sudah dipotong, atau dirobek-robek, atau disimpulkan ke dalam makanan yang sedang kita buat. Mungkin ada juga yang menggunakan pandan sebagai pewarna alami (seperti di sini), tapi di negara kita umunya orang memakai daun suji untuk pewarna alaminya. Nah, pandan dan suji seringkali menjadi partner untuk memberikan hijau alami, karena kita bisa mendapatkan aroma dari pandan dan warna dari suji. Perfect!
Pandan memang sering dipakai sendirian, karena seringkali orang hanya membutuhkan aromanya. Sedangkan suji jarang sekali dipakai solo.
Kalau dilihat dari bentuknya, daun pandan lebih lebar dan panjang serta bertulang lebih keras. Namun, daun suji berwarna lebih hijau tua. Lihat gambar di bawah ini:

Lihat juga bagian belakang daun. Tulang daun pandan lebih keras dan bisa terlihat daun ini seperti memiliki bekas lipatan yang tegas. Tekstur daun pandan juga agak lebih getas dan bergaris-garis, sedangkan suji lebih lembut.


Bentuk 'pohon' alias tanaman mereka sendiri juga berbeda. Suji memiliki batang keras dan bisa tumbuh bercabang. Lihat pohon suji ini:


Sedangkan pandan tumbuh tanpa batang keras. Yah, em...seperti rumput atau jenis daun nanas atau pakis-pakisan. Maap ya, maklum bukan ahli botani, jadi nggak ngerti istilahnya apa (belajar biologi terakhir pas SMP. Loooong time ago!)
Ini dia segerombol pandan yang cukup gondrong:


Dulu untuk mendapatkan cairan pandan-suji orang-orang harus menumbuk daun tersebut sambil diberi air sedikit (kadang juga air kapur sirih, konon biar warnanya lebih 'keluar'), lalu disaring. Nenekku dulu menggunakan lumpang besi untuk menumbuknya. Berat! Sekarang kan, kita punya teknologi ya? Ambil saja daun-daun tersebut masukkan ke food processor atau blender, tambahkan sedikit air atau bahan cair apapun yang akan digunakan dalam resep. Proses, wuzzz! Saring. Sudah! Nggak susah juga kok. Thanks to Littleteochow for the idea. Oya, perbandingan daun tersebut biasanya suji lebih banyak daripada daun pandan, misalnya pandan 2 lembar dan suji 5 lembar. Tergantung seberapa wangi(dari pandan) dan seberapa pekat warna hijau(dari suji) yang kita inginkan.

Nah kalau ini Abang-kecilku-sayang yang nggak rela bundanya motret gambar kok nggak ada orangnya. Tuh, lihat mulutnya, dia juga habis makan pandan sponge cake, tuh.

Yuk, kembali ke yang alami untuk anak-anak kita?

Wednesday, January 6, 2010

Berry Berry BananaBread



Akhirnya berani ikutan online event-nya NCC juga. Sekarang temanya Banana Week. Setelah kemarin sempat mencoba membuat bolu kukus pisang dan ternyata nggak sukses (abis sok tahu sih), hari ini bikin kue yang sudah pernah kucoba saja deh.
Kebetulan masih banyak pisang cavendish yang dibawakan sepupuku. Sebetulnya sih, aku lebih suka pisang Ambon, aromanya lebih nancep!
Karena sudah sering bikin BananaBread andalanku ini, sekarang ingin si BB tampil lebih beda. Karena mau ikut pamer, jadi harus di-grooming sedikit, hihi. Btw, namanya memang 'bread' tapi tampilannya sangat cake. Sebetulnya lebih mirip muffin berbentuk loaf.


Nah, biar rasanya beda, maka cari partner yang berbeda juga. Pisang-coklat, banyak. Pisang-keju, sering. Yang belum apa dong? Pisang-strawberry! Yup. Pisang kan manis, sedangkan strawberry asam. Perfect combination.
Akhirnya Subuh tadi sudah mulai manggang. Strawberry memang sengaja kususun di atas karena Ayah nggak suka strawberry. Jadi dia bisa potong saja bagian atasnya nanti kalau mau makan. Lalu, biar lebih kaya rasa aku tambahkan almond panggang (sekalian menghabiskan stok di stoples).
Meski mengolahnya cuma sebentar dan nggak perlu mixer (catet: tanpa mixer!), memanggangnya memang lama, sejam, sesuai resep aslinya(www.simplyrecipes.com. Sori, lupa alamat lengkapnya, please just browse it). Tapi nggak berasa lama kalau sambil menyiapkan bekal Ayah. Pas ovennya dibuka setelah matang, mmmmm! You will realize why you love food! The aroma of strawberry on the bake is soooo sweet! Meskipun strawberry itu asam ya, tapi aromanya manis banget.
Bagian bawah strawberry-nya memang sedikit basah. Mungkin aku seharusnya benar-benar meniriskan hingga habis airnya. Dilap mungkin? Tapi basahnya nggak mengganggu kok. However, I still love pisang Ambon better, hehe..



So here's the recipe, enjoy!

Berry Berry BananaBread

Bahan:

3 buah pisang Ambon atau Cavendis
125 gram strawberry (atau 10 buah), diiris tipis, tiriskan
1 butir telur, kocok dengan garpu
3/4 cup gula
1/3 cup mentega, cairkan
1 1/2 cup tepung terigu
1 sdt peres soda kue
1/4 sdt garam
1/2 cup almond panggang

Cara membuat:
Panaskan oven 175 C.
Lumuri loyang loaf dengan sedikit mentega serta taburi terigu tipis-tipis.
Lumatkan pisang dengan garpu.
Campurkan mentega cair ke dalam pisang lumat. Aduk rata.
Masukkan gula, kocokan telur dan garam ke dalam pisang, aduk rata.
Taburkan soda kue, aduk.
Masukkan terigu lalu aduk. Don't overmix. Taburkan almond dan aduk hanya hingga menyebar.
Tuang adonan ke dalam loyang, lalu susun irisan strawberry di atasnya. Panggang sekitar 1 jam atau setelah lulus tes tusuk.
Oiya, karena strawberry membuat 'roti' ini agak basah, maka jangan terkecoh hingga mengira kuenya terus-terusan belum matang ya..

Lihat warnanya, emmmm!