Wednesday, September 28, 2011

Ananas Cupcake



I had leftover homemade pineapple jam after last Idul Fitri. Homemade? Did I make it myself? No. Someone made it at her home and I just bought it, hehe! I made Nastaart (pineapple jam filled cookies) with it for the Eid day.
So yesterday, buttercake is the one thing I thought I could make it easy and quick. I remember the jam in the fridge, with previous recipe, voila: cupcake-shaped-nastaart!
The blend of butter and pineapple jam is sweeeet! The butter and yogurt made the cake easily melt in the mouth.
The filling is easy, because the homemade jam is very thick like paste so I can mold into small balls with my hand, then mix them in the batter with spatula.
So quick, so yummy.

Ananas Cupcake

Ingredients:

1 1/4 cup flour
150 gr butter
2/3 cup sugar
2 eggs
125 gr yogurt
1 tbsp homemade thick pineapple jam
More thick homemade pineapple jam, about probably 50-100 grams. it's really up to you ;)

Direcions:
- Preheat oven on 180C
- Line cupcake tins with liners.
- Beat margarine and sugar with electric mixer til the color turn to pale.
- Mix in eggs, one by one until quite fluffy-er.
- Mix in 1 tablespoon of pineapple jam, mix just to spread.
- Mix flour and yogurt in with spatula, alternating each.
Now, there are 2 ways:
1. Good way: pour in with spoon the batter in the liner, then fill in with jam, then cover it with batter.
2. My way: pinch the jam into small balls, and throw them into the batter. mix with spatula to spread them. Than, pour in the batter into the liner, make sure each liner has at least one ball ;)
- Bake for about 20-30 minutes or until it passed the poking test.
- Get it out of the oven. Eat!

Oops, sorry I bite it :p

Thursday, July 7, 2011

Lemony Marble Cake

Yellow,
It was quite a while that I hadn't seen my electric mixer. After the old one is broke, my dear hubby bought me a new one. But as my Mom was sick and then passed away, the house held some several events like 40 harian (40th day), a prayer for my Mom -even though I was not really agree about holding it, but anyway-. After that, I'm still have to take care of the house. It's darn messy. I just realize that we've been really lived in the junks. The house is too full with too many junks and unnecessary things. I was, and still, overwhelmed, and over-tired too.

Oh if you notice, I'm posting in English. I have to, for practice. Why? Later, maybe in a few months I will tell you guys. So, please forgive me for my lousy English :)

Back to the topic.
Due to those events I mentioned above, people came and helped us. Some stuffs in the house had to be moved somewhere. Apparently my electric mixer was moved too. I lost it for few days. But, I finally found it in one of the bedroom. Phew!
I'm glad my baby's back ^^

I have to admit, that I probably accept too much tasks after my Mom got sick. I still have a lot of tasks now. I know I probably should delegate some tasks to some other people. But to whom??
Maybe this fatigue has switch off my brain, I almost can't think of what should I do with the stuffs that still untouched in the house. They're just darn too freaking-many!
Anyway, I remember the time when I got depression after having new babies few years back. Baking, or making any delicacies, could loosen up my nerves. So, I thought making something with my mixer might help. I begun to think of what to make. I thought making easy cake will be great. Maybe just buttercake with 2 eggs. I remember I've once made a buttercake into cupcake. So I thought to make one again based on that recipe, only marbled.
I thought to add something tangy. I thought of orange. But the fridge said that I don't have any. But I have lemon! Nice.

While Pak Sadam, a distance neighbor, helped us moving up some stuffs while I was just pointing my finger to which stuffs should be moved, I started to make a cake. A marble buttercake, I thought.
I took out my digital scale, and turn it on. But nooo! It's not on! I'm not sure whether it need new battery or just broke. But I wasn't give up. I knew I have to switch the scaling into measuring with cups. I also got the margarine in sachet that weight 200 gram. So I imagined that the sachet was divided into 4 part, and I just took three part of it. (Sesat ya? ;p) So the measurement will be as you'll see bellow.

I used the 20x20cm tin. The cake came out quite flat, but not sodden. If you want to try this recipe, I suggest you to take a loaf tin. I used yogurt instead of milk to make it moister. The top has nice crumble. The chocolate part taste chocolaty dark, and the white part has a subtle lemony taste. Oh and I used margarine, only because my butter has expired. I still think butter is a better option.
Oh I typed too much. Here's the recipe. Enjoy :)



Lemony Marble Cake

Ingredients:

1 1/4 cup flour
150 gr butter/margarine
2/3 cup sugar
2 eggs
zest of 1 lemon
1 tbsp of lemon juice
125 gr yogurt
1 heap tsp cocoa powder
4 tsp hot/warm water

Directions:
- Preheat oven on 180C
- Mix cocoa with hot water until become paste. Set aside.
- Mix yogurt with zest and juice. Set aside.
- Beat margarine and sugar with electric mixer til the color turn to pale.
- Mix in eggs, one by one until quite fluffy-er.
- Mix flour and yogurt in with spatula, alternating each.
- Take about one third or half of the batter and mix it with the cocoa paste. Then you'll get white and chocolate batter.
- Line a tin with paper. I use 20x20cm tin (and it became thin cake, only about 1-1.5cm tall cake. Maybe you better use loaf tin ;))
- Pour in both of the batter with spatula or spoon into the tin. Make swirls with chopstick or sharp knife to make marble effect.
- Bake for about 20-30 minutes or until it passed the poking test.
- Get it out of the oven. Cut and eat. ;p

Makes about 16 slices

Thursday, June 16, 2011

Lapis Beras Pandan Suji


Love this!
Sebetulnya minggu lalu aku membuat kue pepe(kue Betawi), cuma ngga sempat didokumentasikan. Karena senang dengan hasil kue lapis tapioka/sagu tersebut, aku jadi terinspirasi membuat kue tradisional lainnya.
Di lemari kebetulan aku ternyata punya cukup banyak tepung beras. Jadi ingat Mamah suka memesan Kue Lapis Beras ini dari tetangga.
Setelah semedi sebentar dengan Mbah Google, aku menemukan dua resep ini(resep NCC di blognya mbak Hesti) dan itu(resep Femina di blognya mbak Lukie). Thanks to them ;) Setelah semedi selesai, aku memutuskan untuk sedikit menggabungkan keduanya. Aku masih ingin menggunakan pewarna alami, tapi dengan cara yang lebih simple. Caranya di bawah ini, mudah-mudahan dapat dipahami ya :)
Untuk pewarna dan perasa aku gunakan pandan, suji dan daun jeruk. Sayangnya daun jeruknya yang ada di rumah cuma sedikit. Tapi nggak apa-apa, pakai sajalah! Lalu aku menggunakan 4 lembar daun pandan saja, dan itu sudah cukup terasa aromanya sampai saat gigitan pun. Sedangkan daun suji aku hanya memakai 20 lembar, karena nggak tega merontokkan terlalu banyak daun dari si pohon :P Hasil warnanya seperti di foto ya, hijau alami.
Aku membuat kue ini malam-malam. Aku pakaikan dulu anak-anak piyamanya, dan kutempatkan di pos masing-masing (hehe). Setelah itu kutinggal sebentar untuk memanaskan santan. Baru kemudian aku menemani si Dede tidur.
Setelah Dede tidur barulah aku kembali ke dapur untuk menyelesaikan kuenya. Sambil membuat kue lapis per lapis, aku bisa merapikan rumah(yang mirip kapal induk pecah!) dan mencuci piring. Sempat juga makan mie instan sekalian sahur buat puasa keesokannya. Begitu selesai baru aku tidur. Setelah shalat Subuh baru aku potong-potong kuenya. Enak banget memotongnya, gampang!
Dede bangun dan seperti biasa memeriksa meja makan. Barusan dia sudah menghabiskan dua potong kue.
Puas deh, bisa bikin kue yang dijual tukang-tukang kue. Rasanya ketagihan bikin kue-kue tradisional. Sensasinya beda sama bikin cake. Apa aku lagi bosan aja sama cake ya? ;)



Lapis Beras Pandan Suji

Bahan :
250 gr tepung beras
100 gr tepung tapioka
300 gr gula pasir
1 liter santan
4 lbr daun pandan
20 lbr daun suji
3 lembar daun jeruk purut, sobek bagian tulangnya
1 sdt garam

Cara Membuat:
- Masak santan, daun jeruk, 3 lembar daun pandan dan garam sambil diaduk-aduk hingga mendidih, angkat, sisihkan.
- Ambil dua cup santan tadi dan bagilah ke dalam dua mangkuk berbeda. Maka kita mendapatkan 3 mangkuk santan: 1 bagian besar santan, dan 2 bagian santan masing-masing sejumlah 1 cup.
- Masukkan daun suji dan selembar daun pandan ke dalam blender bersama satu cup santan. Blender. Saring dan peras, hingga mendapatkan satu cup santan berwarna hijau. Sisihkan.
- Taruh di wadah, tepung beras, tepung sagu, gula pasir, aduk rata, tuangi bagian besar santan sedikit demi sedikit sampai santan habis sambil diuleni hingga menjadi adonan yang encer. Saring bila perlu.
- Bagi dua adonan encer ini ke dalam dua mangkuk santan yang berwarna putih dan berwarna hijau. Aduk rata adonan dan santan di masing-masing mangkuk.
- Panaskan dandang hingga airnya mendidih. Kecilkan api.
- Siapkan loyang 20x20, poles minyak sayur tipis-tipis.
- Tuang adonan putih dan hijau bergantian hingga terbentuk lapisan-lapisan. Kukus tiap lapisan 5-10 menit.
- Gunakan sendok sayur yg sama untuk menyendok adonan hijau dan putih.
- Ulangi terus sampai adonan habis, terakhir kukus 20 menit.
- Dinginkan, keluarkan dari loyang, potong-potong dengan menggunakan pisau yang dilapis plastik.


Wednesday, June 1, 2011

dan piala bergilir itu jatuh padaku..


It's been long, I know.
Sudah dua minggu Mamah meninggalkan kami, setelah sebelumnya beliau menginap tiga minggu di ICU tanpa sadar.
Nggak perlu menanyakan apakah kami kehilangan, jawabnya tentu saja iya.
Rasanya semua kesedihan pun nggak ingin kutuliskan.
Sekarang rumah ini kehilangan 'peri rumah' lagi. Enek meninggal 5 tahun lalu. Sejak beliau meninggal sebetulnya aku masih saja merasa kehilangan. Sekarang Mamah.
Mamah, Enek dan nenek-buyutku adalah orang-orang yang dikenal bisa masak. Pintar masak. Bahkan mungkin beberapa orang menganggap mereka jago masak . Nenek buyut memang tukang masak. Enek meski bukan seorang tukang masak, tapi masakannya dan kue lapisnya bisa bikin orang terkenang-kenang. Mamah memulai kegiatan dapurnya dari suka membuat kue, lalu setelah Enek sakit, barulah beliau berusaha memasak. Usaha serta belajar memasaknya Mamah itu berkembang jadi sangat baik. Beliau juga suka menjual kue kering saat Lebaran.
Sekarang semua 'ratu dapur' itu sudah nggak ada. Meninggalkan aku yang terbengong di dapur. Ya memang aku suka membuat kue, tapi kalau soal memasak untuk orang dewasa aku belum pernah serius. Cuma suamiku saja yang 'kuracuni' dengan bento-ku yang minimalis. Anak-anak juga kuracuni dengan masakanku yang sederhana.
Kondisiku sebetulnya mirip dengan Enek dulu. Beliau adalah satu-satunya perempuan di rumahnya yang berisi laki-laki semua; abang dan adiknya. Saat ini di rumah ini semua lelaki kecuali aku. Siapa lagi yang diharapkan mengurus rumah tangga ini? Tentunya aku. Aku ingin banget bisa mengerjakan semua, seperti mereka dulu.
Aku sebetulnya sangat ingin mencoba sampai bisa masak, mengikuti jejak Mamah yang beralih dari 'perkuehan' ke 'permasakan'. Sayangnya sepertinya nggak ada yang percaya aku mau dan mampu mencoba, even my dad. Kalau mereka mengharapkan aku langsung bisa, tentu saja itu sebuah keajaiban :) But I really hope they let me try. Sebaliknya, mereka malah maunya katering makanan saja dari tukang masak :(
Ini sebetulnya agak membuatku merasa malu, karena membuatku merasa aku bahwa keturunan tukang masak yang failed. Selain itu sebetulnya aku benci dianggap nggak mampu saat aku sebetulnya baru mau mencoba.
But, while we're all still mourning, I'll try to understand and try to calm.
But I won't give up from trying to cook. I'll find a way. InsyaAllah. And I know someday I CAN COOK!

Bismillah..

Thursday, April 14, 2011

Talam Ketan Kabocha



Haloo..
Still, due to my broken mixer, I have to find recipes that don't need the mixer. Seperti kita ketahui, kebanyakan kue-kue Indonesia memang tidak membutuhkannya.
Saat minggu lalu ke supermarket, aku (hampir selalu)tergiur oleh kabocha dan labu parang yang dijual setengah bagian. Memang sih, selain kabocha dan labu parang, aku juga sering tergiur dengan strawberry. Anyway. Kupilih kabocha kecil.
Di rumah aku sadar harus segera memutuskan akan dibuat apa si kabocha ini sebelum dia busuk di kulkas (lagi).
Kuingat Ayah suka dengan talam ketan, I guess that should be the name. Tahu kan, kue yang lapisan bawahnya ketan putih, dan lapisan atasnya talam berwarna coklat? Bukan, bukan ketan sarikaya. Mirip, tapi talam ketan ini atasnya tidak lunak seperti halnya sarikaya. Sebaliknya, bagian atasnya legit seperti kue talam.
Aku lalu mengubek-ubek Oom Google dan mendapatkan 2 resep berbeda. Sayangnya aku lupa sumbernya ^^. Maaf ya! Setelah membaca resep baik-baik, aku mencoret-coret beberapa perubahan dan menggabungkan dua resep menjadi satu.
As result, rasanya cukup berhasil. Hanya, aku membuat satu kesalahan. Yea~yea, it wasn't me if I didn't do any mistake, right? @__@. Kesalahannya adalah aku lupa mengecilkan api saat adonan talamnya masuk. Kenapa salah? Karena api besar membuat permukaan talam bergelombang dan berongga. Sepertinya aku masih terpengaruh dengan cara membuat bolu kukus ya? Hiks! Setelah akhirnya aku ingat dengan catatan soal pemakaian apinya di salah satu resep tersebut, sayangnya sudah terlambat. As you can see in the pics, they became not-so-pretty :(.
Untungnya, rasanya masih oke. Ayah suka. Horee! *alhamdulillah*
Oya, sebetulnya ukuran gula tidak aku ubah sama sekali dari resep asli, dan ternyata rasa manisnya menjadi cukup mild. Mungkin bagi beberapa orang yang suka manis-manis rasa manis seperti ini dirasa kurang. Silakan menambahkan jumlah gula jika ingin, tapi aku sih merasa cukup.
Warna kuning kabocha sepertinya cenderung lebih pucat dibanding labu parang yang lebih jingga. Mungkin lain waktu aku akan mencoba memakai labu parang saja agar warnanya lebih menarik.

So here's the recipe. Good luck!

Talam Ketan Kabocha


Bahan:

250 gr ketan putih
250 ml santan
1/2 sdt garam
1-2 lbr daun pandan, sobek-sobek

Talam:
200 gr kabocha, kukus
5 btr telur
70 gr tepung tapioka
30 gr tepung beras
170 ml santan
100 gr gula pasir
1/2 sdt garam
1-2 lbr daun pandan, sobek-sobek

Cara Membuat:
Ketan:

- Rendam ketan selama 2 jam. Tiriskan.
- Kukus ketan 15 menit. Angkat.
- Masak santan, pandan dan garam hingga mendidih. Kecilkan api, masukkan ketan kukus. Aduk hingga santan habis terserap ketan. Matikan api. Buang daun pandannya.
- Siapkan loyang 20x20, olesi dengan minyak sayur.
- Ratakan ketan pada loyang. Kukus lagi kira-kira 30 menit atau hingga matang.

Talam:

- Panaskan santan, garam dan daun pandan hingga mendidih sebentar. Angkat. Biarkan dingin. Buang daun pandannya.
- Haluskan kabocha dengan blender bersama dengan sedikit santan.
- Masukkan tepung tapioka dan tepung beras ke dalam sisa santan sambil diaduk hingga rata.
- Di mangkuk lain, kocok telur dan gula dengan menggunakan whisker hingga gula larut.
- Masukkan telur ke dalam adonan tepung. Aduk rata.
- Masukkan kabocha ke dalam adonan tepung. Aduk hingga rata.
- Kecilkan api di bawah dandang.
- Tuang adonan talam ke atas ketan kukus.
- Kukus hingga matang.
- Angkat. Biarkan dingin. Potong-potong dan hidangkan.

Selamat menikmati ^^!

talam bergelombang :p

Tuesday, March 29, 2011

Strawberry Oat Muffin



Aku paling suka beli strawberry. Apalagi kalau sedang ada promo buy one - get one! Tapi setelah beli biasanya bingung mau diapain. Untuk anak-anak paling sering dibuat puding atau smoothies. Biasanya masih ada saja sisanya.

Nah, dari kemarin tuh terbetik ide mau bikin buttercake strawberry saja. Sudah lama tidak buat kan? Tapi kemudian aku ingat kalau mixer emakku rusak. Terakhir kali memakai mixer itu beberapa hari yang lalu untuk membuat bolu kukus yang tak kunjung sukses. Pas sudah mau selesai mixing...plok! Tiba-tiba salah satu dari whisker yang keadaannya sudah mengkhawatirkan itu terjun melepaskan diri dari kapal induk, eh, dari badan mixernya, padahal nggak ada yang nyuruh.

Ini sebuah pertanda...: bahwa untuk sementara pergulatanku untuk membuat bolu kukus tanpa zat aditif terpaksa distop dulu beybeh! Ya...begitu juga untuk membuat kue-kue jenis cake lainnya. Terpaksa libur dulu. Bye-bye cake. Hello muffin and brownies.

Akhirnya aku memutuskan untuk membuat muffin saja. Hello, food additives!
Strawberry yang tersisa cuma sedikit. Kutimbang strawberry yang telah diblender ternyata hanya sekitar 88 gram. Ya, aku menggunakan blender untuk mencincang halusnya. Aku gunakan blender untuk bumbu (yup, yang kecil itu lho) tapi tidak sampai membuat para strawberry halus seperti pasta ya. Mereka masih berupa potongan-potongan yang keciiil sekalil. Grinjul-grinjul gitu bahasa planetnya. Takaran bahannya kucontek sekilas dari resep-resep muffin yang pernah kubuat, lalu kukira-kira sendiri. Jadinya banyak angka tiga dan sedikit angka dua. Hehe, nggak penting ya?
Saat bahan-bahan sedang kusiapkan subuh-subuh, tiba-tiba, Jrett! Listrik padam. Oh, perfecto! Mau bikin kue aja tantangannya kok ada aja ya??
Tapi aku tidak menyerah(Deng Deng dengan musik backsound yang menggelegar)! Beruntung aku belum mencampur bahan basah ke bahan kering. Jadi, kupikir masih ok, tinggal kutunggu saja listrik menyala lagi. Setelah beberapa jam, anak-anak sudah sarapan, akhirnya listrik menyala lagi. Lalu kupanaskan oven sambil memandikan anak-anak. Setelah wangi (anak-anakku :) ) barulah aku mencampur adonan. Panggang muffin, selesai. Bagikan ke anak-anak, barulah aku mandi. Hehehe..Alhamdulillah.

Di resep ini aku berusaha tetap sehat walau dengan food additives. Aku menggunakan oat, yogurt dan sedikit minyak. Selain itu aku juga mengurangi gula dan menggantikannya dengan madu. Muffin ini manisnya mild, bahkan rasa asam strawberrynya sedikit-sedikit masih terasa.
Tidak lupa mengatakan bahwa adonan yang mengandung yogurt atau strawberry yang sedang dipanggang di oven baunya sedap banget deh, apalagi kalau mengandung dua-duanya!

Oiya, untuk fotonya, tetap ya, foto amatir, hehe. Kali ini pengen agak bertema sedikit. Karena aku pakai cangkir antik favoritku -sebetulnya punya emak- dan piring kaca jaman dulu, jadi sekalian aja memajang foto nenek-nenekku. Ketiganya pernah tinggal seatap bersama kami. Dua di antaranya sudah nggak ada. Orang tua jaman dulu benar-benar menikmati teh atau kopinya dengan kue-kue, singkong rebus atau goreng-gorengan. Simply nice, huh? Old cups bring you memories, aren't they? (oh don't give me tears in my eyes again).
Anyway, if you like to give it a try, here it is:




Strawberry Oat Muffin

Bahan:
1/3 cup oat
1/3 cup air panas
1 2/3 cup tepung terigu
1/2 sdt baking powder
1/2 sdt baking soda
1/3 cup gula
1 telur
2 sdm yogurt
3 sdm madu
1 sdm minyak
88 gr strawberry, cincang halus atau blender kasar (boleh tambah, ini apa boleh buat: sisaan!^^)
secubit garam

Cara membuat:

- Campur oat dengan air panas. Diamkan sekitar 20 menit.
- Panaskan oven 180-190 C.
- Campur tepung terigu, baking powder dan baking soda hingga rata.
- Kocok rata dengan garpu: gula, telur, yogurt, madu, minyak, strawberry dan garam.
- Campurkan adonan telur ke dalam tepung terigu sambil diaduk garpu hingga semua tepung basah. Do not overmix.
- Tuangkan adonan ke loyang muffin yang telah diolesi tipis-tipis dengan mentega dan terigu.
- Panggang selama sekitar 25 menit, atau sampai lulus tes tusuk.

*menghasilkan 12 mini muffin*


kaya foto di buku resep jadul ngga? *kedip-kedip*

Thursday, March 17, 2011

Are you laughing at me? Huh? Do you?? Do you???

Membuat kue yang satu ini bikin rambut jabrik :D
Sudah berkali-kali mencoba membuat kue bolu kukus teuteup aja nggak sukses. Bolu kukus yang sukses adalah bolu kukus yang adonan atasnya pecah hingga 3-4 patahan, sering disebut 'ketawa', serta hasilnya ringan dan lembut kalau dimakan.
Mungkin sebenarnya kalau aku nggak keukeuh membuatnya tanpa food additive bisa aja kali ya? Tapi dasar persistent, jadi tetap berusaha tanpa emulsifier, air soda maupun soda-sodaan lainnya.
Bolu kukus yang kubuat hari ini, bentuknya sudah lumayan. Aku membuatnya menggunakan 2 dandang yang berbeda di saat yang bersamaan dengan maksud agar tidak ada adonan yang menunggu. Alhasil di satu dandang mereka tertawa pecah tiga, sedangkan di dandang lain cuma ketawa satu belah saja. Grrr...
Pas dimakan pun enak pas hangat saja. Setelah kuenya dingin, alamak, jadi berat dan keras. Huhuhu...
Apakah aku harus menyerah dengan food additive kali ini?
Hik.. Hik... Hik....

Lihat nih, bolunya ketawa sih ketawa, tapi kayanya mereka ngetawain aku ya??
haahaaahaaaaaa! the villain laughed

hmm.. tapi rasanya aku harus menampilkan foto-foto mereka yang sukses ketawa lebih lebar meskipun teksturnya nggak airy. Jadi mungkin sebenarnya ada harapan untuk membuat bolu kukus ini lebih baik lagi.
Gambatteeee.....!

'wagaaawugaaawugaaaa..'and the felon company follows!

Tuesday, March 15, 2011

I'm om Detikfood.com ^^

Hadeuu ternyata salah satu percobaanku masuk ke Detikfood.com ^o^v
Senangnya!
Hehe, mungkin aku norak banget ya kesenengan. Habis sudah lama tulisanku nggak nampil di media haha!
Anyway guys, I really love you all if you can visit the site and give comments or rate me there ah ah ah! Just click here .
Mucho gracias! Mmmuah!

Monday, January 31, 2011

Roti Gulung Isi


Dede penasaran


Lagi pengen balik berkreatifitas membuat makanan untuk Abang dan Dede. Selain itu, ada sisa daging cincang dan ikan di kulkas. Aku memutuskan pakai daging cincangnya dulu karena sudah lebih lama disimpan. Karena kemarin habis beli roti gandum tawar, pikir-pikir... Marilah bikin roti goreng isi.
Setelah mengintip buku Pak Wied, Buku Pintar Menu Balita 30 Hari, ternyata resepnya cukup sederhana. Alhamdulillah Ummi menyimpan frozen mix veggie, jadi bisa mempersingkat waktu membuat makanan ini. To be honest, this was not really a total good morning, haha! I missed to wake my hubby up, so he was a bit late to go to work. Masalahnya sedikit telat bangun bisa menyebabkan banyak telat sampai di kantor. You know, Jakarta. Sigh! Terus eike kena tegor beliau dwehhh... Salahku juga sih, matiin alarmnya.
Anyway, aku membuat roti ini nggak selengkap resepnya. Alasannya adalah karena: 1. Malas, 2. Bahannya memang nggak ada. Karena Malas, maka nggak pakai tepung panir, cukup telur kocok saja, jadi seperti sosis solo. Seledri juga nggak pakai, karena nggak sedia di rumah.
Yoweis, show must go on!
Aku membuat ini untuk sarapan anak-anakku. InsyaAllah sudah lumayan lengkap ya gizinya dalam satu potong. Rasanya aku akan membuat lagi untuk bekal kapan-kapan.

Aku akan posting resep yang sudah kubuat saja ya..


Roti Gulung Isi

Bahan:
4 lembar roti gandum tawar, pipihkan (using hand is fine!)
minyak goreng secukupnya

Isi:
50gr daging sapi cincang
3 sdm frozen mix vegetables (or any veggie is good)
2 siung bawang merah, cincang halus
1 siung bawang putih, cincang halus
sedikit air
2 sdm susu cair (dalam resep asli nggak pakai sih)
garam
gula
lada halus
biji pala halus
1/2 sdm terigu, larutkan dengan 2 sdm air

Pelapis:
1 btr telur, dikocok
(dalam resep asli juga menggunakan tepung terigu dan tepung panir)

Cara membuat:

- Isi: Tumis bawang merah, bawang putih dengan 1 sdm minyak hingga harum, masukkan daging dan sayuran, aduk hingga kaku. Tambahkan air, gula pasir, garam, lada, biji pala, dan susu, masak hingga daging matang dan air kesat. Masukkan larutan terigu, aduk hingga mengental. Angkat.
- Oleskan isi merata diatas roti. Gulung sambil padatkan, kunci dengan 2 buah tusuk gigi agar gulungan tidak terbuka bila perlu. (aku nggak punya tusuk gigi, tapi tanpanya ternyata bisa juga)
- Panaskan minyak.
- Celupkan roti ke dalam telur kocok. Goreng roti ke dalam minyak sampai kecoklatan.
- Angkat. Tiriskan. Hidangkan.

Friday, January 28, 2011

Oatmeal Lace Cookies


Let the cookies crumble..hm..
Kalau ngomongin oatmeal, atau dulu sering disebut havermout, benar-benar jadi ingat waktu masih kecil. Aku sangat familiar dengan oatmeal, karena sering sekali makan oat. Dulu kami, aku dan abang-abangku, sering dibuatkan bubur oat oleh eNek(nenek). Rasanya pasti manis dan pakai susu biasa atau susu cokelat bubuk. Pilihan lainnya? Dingin atau hangat. That's it.
Tapi, aku juga ingat rasanya eNek pernah membuat kue kering dari oatmeal. Bahannya seingatku sangat mudah, tapi apa itu bahannya aku sangat-amat-lupa. Hiks!
Dari banyak resep oatmeal cookies yang kutemukan di internet, rata-rata menggunakan banyak bahan, seperti telur, bahkan baking soda dan lainnya.
Setelah berbulan-bulan lamanya berhenti mencari, aku browsing lagi untuk oatmeal cookies ini. Voila! Senangnya bisa menemukan resep ini yang bukan hanya gampang, tapi juga memerlukan sedikit sekali bahan dan cara yang super-duper mudah!
Oatmeal cookies sederhana seperti ini sering disebut Lace Cookies di luar sana. Mungkin karena tepi si cookie ini tipis dan terkesan berenda-renda.
Aku buat kue ini sesuai dengan resepnya, hanya menggunakan gula biasa dan tanpa vanilla. Memang manis. Tapi aku nggak tahu ya, apakah kalau mengurangi gulanya akan mengubah tekstur atau nggak. Mungkin bisa dicoba menggunakan 1/3 cup gula saja, atau ditambah garamnya menjadi 2 pinch (;p), atau menggunakan salted butter. I think salt could really helps.
Adonan kue ini saat mentah memang sangat crumbly alias pera. Tapi jangan takut, bentuklah sebisa mungkin sambil dipadat-padatkan sedikit. Nanti setelah matang ia tetap akan menyatu juga kok.
Ohya, nggak boleh juga lupa menceritakan aromanya, it's sooooooo buttery, emmmm!!!
Anyhoo, I just love the simplicity of it.
I ate it myself. Who care? ;p




Oatmeal Lace Cookies

Bahan:
1/2 blok mentega tawar (dari mentega batangan(yang 227gr) kupotong dua, kuambil separuhnya)
1/2 cup gula pasir
secubit garam
1 1/4 cup oatmeal (non instan)
3 sdm tepung terigu

Cara membuat:
- Panaskan oven 180C
- Campur oatmeal dan terigu di dalam mangkuk. Sisihkan.
- Cairkan mentega, gula dan garam di atas api kecil hingga mentega larut. Angkat
- Aduk campuran mentega cair ke dalam oatmeal-terigu hingga rata.
- Siapkan loyang dengan mengolesi mentega dan terigu tipis-tipis.
- Tuang satu sendok makan adonan ke atas loyang. bentuk bundar dan pipihkan dengan sendok. Beri jarak yang cukup jauh karena ia nanti akan melebar.
- Panggang sekitar 8-12 menit. Untuk awal coba panggang 8 menit dulu. Kalau kurang baru tambahkan waktunya.
- Kue sudah matang kalau tepi kue kecoklatan dan tengahnya masih tetap agak putih.
- Angkat. Biarkan sampai kue cukup dingin untuk digeser. Angkat kue dari loyang.
- Hidangkan.

*Menghasilkan 15 keping kue

Friday, January 14, 2011

ChocoBanana Muffin


Sebetulnya dari kemarin Abang memelas-melas minta kue cokelat. Tepatnya dia bilang begini, "Abang mau Tueh ToTatttt.... Tueh Totattt..".
Sayangnya kemarin adalah hari malas sedunia-ku. Jadi meskipun ia memelas, aku teuteup malas buanget deh. Untungnya Abi beli kue bantal dan cakwe. So, his craving for "Tueh Totat" has to be postponed. Meskipun nggak menjanjikannya apa-apa, tapi dalam hati aku bertekad akan memenuhi keinginannya. Paling cepat, ya pagi ini. Paling lambat? Yah, sebelum aku lupa :)

Sudah dari tadi malam aku berpikir, bisa bikin apa pagi-pagi, sambil mendata bahan-bahan yang ada di rumah dalam otakku. Telur, ada, tapi di dalam kulkas. Maka kuputuskan saja untuk tidak membuat kue yang additive-free. Membuat kue additive-free dengan telur yang sudah berdiam di kulkas memiliki resiko bantet lebih besar. Lanjut. Terigu, ada. Pisang? Cuma ada dua. Tapi bisa, lah. Cokelat? Aku putuskan pakai cokelat bubuk saja. Mentega? Pakai minyak aja deh, kan bikin moist juga. Ok, let's see it later in the morning, I thought.

Paginya, aku bangun agak terlambat, meski masih sempat shalat Subuh. Baru ingat juga, "Tueh Totat". Untungnya pagi ini aku nggak usah menyiapkan bento dan sarapan Ayah. Jadi browsing blog sendiri, cemplang-cemplung, nothing to loose, voila, jadi juga muffin piscok(pisang cokelat)! Alhamdulillah.
Oiya, untuk bahan pengembangnya aku pakai sedikit soda kue dan sedikit baking powder. Jumlah yang kupakai ini sedikit sekali dibandingkan resep muffin kebanyakan. Aku lihat banyak resep muffin seenggaknya menggunakan 1 sendok makan baking soda atau baking powder atau keduanya. Bahkan ada yang sampai 2 1/2 sendok makan! Terbukti tho, dia bisa mengembang juga tanpa banyak baking powder atau baking soda. Kita kan, lagi bikin makanan, bukan pembersih kamar mandi, hehe.

Kata Abang, "Enaaakkkk! Naa, ini baru enaakk!". I wonder where did he got those words from? Hehe..

Maaf ya ada tulisan produk di piringnya. Bukan iklan dan nggak jualan. I just like the polkadot on it.


ChocoBanana Muffin

Bahan:
2 buah pisang Ambon
1 butir telur, kocok dengan garpu
3/4 cup gula
1/4 cup minyak goreng
1 1/2 cup tepung terigu
1/4 sdt baking soda (that's all I have)
1/2 sdt baking powder
2 sdt cokelat bubuk
1/4 sdt garam
sedikit kenari cincang

Cara membuat:
- Panaskan oven 175 C.
- Lumuri loyang muffin dengan sedikit mentega/margarin.
- Lumatkan pisang dengan garpu.
- Campur rata terigu, soda kue, baking powder, cokelat bubuk dan kenari di mangkuk.
- Di mangkuk lain campurkan minyak, pisang lumat, gula, kocokan telur dan garam. Aduk rata.
- Masukkan campuran terigu lalu aduk. Don't overmix.
- Tuang adonan ke dalam loyang. Panggang sekitar 20 menit atau setelah lulus tes tusuk.
- Angkat. Hidangkan.

Menghasilkan 12 mini muffin.

Just a note, I just realize that I just made a dairy-free muffin. Cheers!

Sunday, January 9, 2011

Klappertaart (Coconut Pudding) - Sauce style



Aha! Klappertaart! Hmm....
I don't think I can say klappertaart without drooling, haha!
Klappertaart yang merupakan makanan khas Manado ini jelas punya pengaruh Londo alias Belandanya ya. Klappertaart sebetulnya masuk ke jenis puding-pudingan(pudding) bagi orang bule. Tapi sebetulnya Klappertaart ini bahan dasarnya vla bagi orang Indonesia. Tapi ya vla=puding. Cuma saja kalau orang Indonesia kebanyakan tahunya yang namanya puding itu ya, agar-agar, hehe.
Anyway, I looooove Klappertaart! Dulu sering kali kesukaanku pada Klappertaart terhambat dengan harganya. Dasar pelit ya?
Setelah akhirnya iseng mau lihat bahan-bahan Klappertaart di resep, aku berpikir bahwa ini nggak lebih susah dari pada bikin vla agar-agar. Puding agar-agar dan vla-nya merupakan salah satu makanan yang pertama-tama kubuat sejak SMA, and quite mastering it. Bukan mau nyombong sih, bagiku tuh bisa bikin puding dulu udah bagus banget lho.
Nah, resep Klappertaart ini merupakan setengah resep yang baaaanyak beredar luas di internet. Just google 'Klappertaart Wilton', and voila, you'll got plenty of them!
Bedanya, aku mengurangi jumlah gulanya, skip the custard flour, dan menukar 100cc susu dengan air kelapa. Maksudnya sih, biar 'ngelapa' banget gitu. But, I think it works well.

But again! I forgot the flour again! Kali ini lupa terigunya untuk si topping. Oh nevermind! Bwahaha! Dear God.... -__-"

Sebetulnya ini 2nd attempt. I forgot to add flour on my 1st attempt, hehe.
My parents and my hubby love this. I'm so glad that I finally can make something that they actually can ask for more! Asyiknya lagi, aku sekarang bisa bikin Klappertaart kapanpun kumau.

For a note, Hubby ku suka banget dengan tekstur klappie ini yang mirip sauce, alias agak cair. Sedangkan Abi berharap klappie-nya lebih mirip caramel pudding, lebih set tapi masih gleyer-gleyer(bahasa yang benernya apa yak??). Lain lagi Umi yang lebih suka klappie kering yang bisa dipotong. Mungkin kapan-kapan aku coba membuat klappie dengan tekstur yang berbeda untuk 'memenuhi permintaan customer', hehe.

So this is it. My sort of way of klappertaart. Enjoy!

Klappertaart

Bahan:
400 cc susu(devide it into 300cc and 100cc)
100 cc air kelapa
100 gr gula pasir
25 gr tepung terigu
50 gr maizena
75 gr mentega
3 btr kuning telur
2 btr kelapa muda
1/4 sdt kayu manis bubuk
kenari panggang cincang secukupnya

Topping:
3 btr putih telur
3 sdm gula pasir
1 sdm tepung terigu
kayu manis bubuk
Kenari panggang cincang secukupnya

Cara membuat:
- Panaskan 300cc fresh milk dan gula pasir.
- Larutkan tepung terigu dan maizena dengan 100 cc susu.
- Masukkan campuran susu dan tepung kedalam susu panas, aduk terus sampai mengental dan meletup-letup. Angkat dari api, masukkan mentega, aduk rata.
- Masukkan kayu manis bubuk
- Masukkan kuning telur satu persatu
- Masukkan air kelapa, aduk rata.
- Masukkan daging kelapa muda, aduk rata.
- Masukkan adonan kedalam cup atau pinggan tahan panas. Bakar dengan cara au ban marie selama 15 menit dengan suhu 160° sampai ½ matang.
- Kocok putih telur dengan mixer sambil dimasukkan gula sedikit sedikit sampai kaku
Masukkan tepung terigu, aduk rata dengan spatula.
- Semprotkan toping keatas adonan yang telah dipanggang, taburi dengan kenari dan kayu manis bubuk.
- Bakar lagi sampai toping berwarna kekuningan.

Wednesday, January 5, 2011

Cake Pisang Tepung Beras


Sore...
Lagi seneng banget nih, habis bikin cake-nya mbak Nur El yang pernah ikutan Banana Week. Sampai-sampai belum ijin sama yang punya resep. Resep aslinya di sini ya.
Untuk Mbak Nur El, salam kenal dan sekalian ijin contek resep dan ngelink dari blog-ku ya Mbak. Maap nyontek dulu baru minta ijin, huhu.. *push up dulu deh*
Kuenya spongyyyy banget. Menggemaskan, pengen aku remes-remes (psycho-mode on!). Aku senang banget bisa kue yang gluten-free, additive-free kaya gini. Rasanya insyaAllah lebih alami dan lebih sehat.


karena tampak atasnya seperti bunga matahari, jadilah kuhias dengan daun-daun ^^


Ada sedikit perbedaan dari resepnya mbak Nur. Aku memilih memakai minyak sayur ketimbang mentega maupun margarin, karena masih ingat Pak Wied Harry bilang kalau nggak salah untuk kue lebih baik pakai minyak saja. Lalu aku pakai tepung tapioka sebagai pengganti tepung sagu. Jumlah pisangnya juga kulebihin sedikiiit sekali sekitar 10 gram lagi.
Aku memutuskan untuk memanggang dengan loyang loaf. Eh, ternyata masih bersisa banyak. Jadilah aku mengerahkan loyang-loyang muffin bersama liner-nya. Alhasil aku dapat 6 cupcake dan 1 loaf cake. Hooray!
Oiya, Mbak Nur El memanggang cakenya lama banget ya 1 1/4 jam(??). Aku memanggang baru sekitar 25-30 menit aja bagian atasnya sudah coklat gelap nyaris hitam. Kusimpulkan sih karena ovennya aja ya. Well, beda rumput, beda belalang. Beda rumah, beda ovennya ya, hehe!

Pokoknya seneng banget deh, terima kasih berat buat Mbak Nur El *peluk erat!*.


Cake Pisang Tepung Beras

Bahan:
160 gr pisang ambon
90 ml minyak sayur
100 gr tepung beras
20 gr tepung tapioka
4 btr telur ayam
100 gr gula palem
1/4 sdt garam

Cara membuat:
- Ayak bersama tepung beras, tepung sagu dan garam. Sisihkan.
- Haluskan pisang (aku menggunakan blender). Sisihkan.
- Panaskan oven pada suhu 190 derajat celsius.
- Lapis loyang dengan olesan tipis margarin, kertas roti, lalu olesan tipis margarin lagi. Bisa juga menggunakan loyang muffin dan mangkuk kertas tanpa oles-oles lagi. Sisihkan.
- Kocok telur dan gula palem dng kecepatan tinggi hingga adonan mengembang dan kental.
- Turunkan kecepatan menjadi kecepatan paling rendah. Masukkan pisang. Aduk hingga merata. Masukkan campuran tepung bergantian dengan minyak. Sambil diaduk hingga merata. Matikan mikser.
- Tuang adonan kedalam loyang. Panggang dng suhu 190 derajat celcius selama 25-30 menit, atau tergantung oven masing-masing.
- Keluarkan loyang dari oven.
- Tunggu hingga agak dingin agar cake sudah bisa dilepas dari loyang. Setelah dipotong-potong. Siap untuk disajikan.

spongy and yummy!