Wednesday, December 30, 2009

Pandan Sponge Cake



First of all, sorry for the quality of the photos posted (yeah right, as if my other pictures have good quality :p ). The weather is cloudy all day on the day the cake was made. So anyway I have to take picture anyway with my amateur photography skill.
Anyway, our home has pandan and suji on it's yard. I don't exactly remember how it started, but suddenly I wanted to try to make pandan sponge cake, without emulsifier. I know a lot of people now hardly making cake (or even traditional snacks) with real pandan and suji's leaves. Most of people, especially comercial baker choosed to use synthetic pandan paste instead. It is more practical, of course.
It is reasonable perhaps, when I remember my grandma made quite an effort when she needed pandan aroma. She actually had this mortar and pestle made from heavy iron to mashed the pandan and suji leaves to get the color and aroma she wished for. After that, she had to strain and squeeze it to get clean the green liquid. It is taking quite lots of time.
However, I stubbornly browsed for the cake with real pandan leaf and found littleteochow blog. In her pandan spongecake recipe, she just threw a bundle of pandan leaves in food processor, added a little water and blitzed it up, and strain it. Oo.. Aa..that easy.
So I thought I just have to give a shot. Of course in Indonesia we always pair pandan and suji for natural coloring.

but, oh, but, i think i have made some mistake. First, the recipe is really really for small portion. So when I used the 20x20cm pan, the pan was still too big. Find smaller pan, or double, or even tripled the recipe. Second, I follow the recipe too much. It suggested 40 minutes of baking time. You might want to try 30 minutes and see how it goes. The result my cake is a bit too dry. The aroma though, was still great. I am satisfied to make pandan cake with natural coloring. Ow..yay!

Here's the recipe. Don't follow my mistake.

Pandan Sponge Cake

Ingredients:

3 eggs
140g flour
80g caster sugar
1 tbsp condensed milk
1/3 cup melted butter
1/4 cup coconut milk
3 fresh pandan leaves
5 fresh suji leaves

Directions:
- Make knots of pandan leaves and suji leaves and throw into the food processor together along with coconut milk, then blitzed till the leaves became pulpy. After that, pour the leaves juice through a strainer.
- Combine the juice mix with melted butter. Stir well and leave aside.
- In a mixing bowl, beat 3 eggs, condensed milk and sugar until creamy, pale and stiff.
- Fold in the flour in 3 parts, alternating with the juice mix. Start and end with flour. Do not overmix.
- Pour into a pan that has been well greased and floured.
- Bake in a preheated oven at 170 degrees celsius for (try) 30 minutes or until a skewer comes out clean. Tent with a foil if top browns too quickly. Allow cake to cool before cutting

Friday, December 25, 2009

Puding Agar-agar Cokelat


Gara-gara niat mau coba bikin roti masih cuma berupa niat terus, belum jadi kenyataan (hehe), tiba-tiba malah terinspirasi untuk bikin puding saja. Mungkin gara-gara kemarin nggak sengaja ketemu sebungkus agar-agar bubuk di laci.
Pikir-pikir, bikin puding apa ya? Buah-buahan lagi nggak ada. Sambil lihat-lihat postingan resep puding di milis, eh aku ingat masih punya dark cooking chocolate tinggal sedikit. Maka, kucari lagi resep puding coklat yang pake dark cooking chocolate di milis. Setelah baca-baca, aku memilih resepnya mbak Puji Supriatin yang aslinya sendiri ada di sini.
Nggak langsung mencontek, aku juga membuatnya dengan sedikit modifikasi.
Puding itu menurutku yang enak adalah yang lembut. Kalau bahasa bagusnya 'membelai lidah', iya kan? Makanya tiap bikin puding dari agar-agar aku agak harap-harap cemas. Agar-agar itu kan sebetulnya memang 'getas', dan bukan seperti puding-puding 'bule' yang cuma terbuat dari mazeina, atau krim atau gelatin. Dengan terlalu sedikit bahan cair, misalnya air, puding agar-agar bisa menjadi keras. Tapi, aku juga takut kalau bahan cairnya terlalu banyak nanti pudingnya nggak akan 'membeku', alias cair terus. Yah, memang sih belum pernah mengalami bikin puding yang cair terus. Lebih sering jadinya lebih keras dari yang aku harapkan.
Pada resep aslinya sebetulnya menggunakan susu sebanyak 600 ml. Tapi aku merasa kalau bikin makanan itu nggak harus pakai bahan yang serba gurih untuk mendapatkan rasa yang enak. Lagipula, nanti kalau aku menghabiskan susu UHT Abang, bisa-bisa dia marah nyariin :).
Aku mengikuti saran produsen agar-agar bubuk yang tertera di balik bungkusnya untuk menggunakan air sebanyak 900cc. Jadi, aku gunakan sebagian air dan sebagian susu hingga sebanyak 900ml.
Kuning telur juga aku hilangkan dari resep, basically, karena aku malas memisahkan telur. Halaaa cupu amat alasannya??
Kuning telur ini aku ganti dengan mazeina yang katanya juga bisa melembutkan puding agar-agar.
Hasilnya seperti kata mbak Puji, boleh dibandingkan dengan puding di Hoka-hoka Bento. Bahkan, mungkin lebih lembut ya.. Puding ini nyoklat banget. Kalau dilihat permukaannya ia seperti puding keras, tapi ternyata lembut. Puding ini cukup solid untuk dipotong dan dimakan langsung dengan tangan, tapi lembut begitu kena lidah. It's like chocolate bar in pudding form :D. Other good thing about it, we can make it less fat(even vegetarian!), especially if we use soy milk.

Here look, you can stack them, but they're still so smooth on your tounge.




Duo dynamic-ku juga begitu mencoba langsung minta lagi dan lagi. Bahkan mereka bersekongkol untuk membuka pintu kulkas sendiri dan mencoba 'membunuh' puding dengan pisau roti. We're talking about 2.5 and 1.4 year old boys here. Phew!

Look what they've done!

So, here's the recipe of my version. Enjoy!


Puding Agar-agar Cokelat

Bahan:

1 bungkus agar-agar bubuk tanpa warna
100 gram gula pasir
100 gram dark cooking chocolate
400 ml susu cair (UHT atau kedelai)
500 ml air
1 sdm coklat bubuk
1 sdm tepung mazeina
Secubit garam

Cara membuat:
Cincang halus dark cooking chocolate
Campur dalam panci: agar-agar bubuk, gula, coklat bubuk, mazeina dan garam hingga berbaur rata.
Masukkan sedikit air, sambil diaduk hingga tidak ada gumpalan.
Tambahkan sisa air dan susu. Aduk hingga rata.
Panaskan panci berisi agar-agar dan dark cooking chocolate di atas api kecil. Aduk-aduk terus hingga dark cooking chocolate-nya terlihat sudah mencair semua.
Besarkan api sambil diaduk terus.
Matikan api setelah mendidih penuh. Tunggu hingga uapnya berkurang sambil aduk.
Siapkan loyang yang sudah dibasahi air matang.
Tuang adonan agar-agar sambil diaduk di panci agar tidak ada yang mengendap.
Diamkan hingga membeku. Dinginkan di dalam kulkas.
Hidangkan.

Enak!

Tuesday, December 22, 2009

Cake Kukus Lapis Cokelat (a.k.a Brownies Kukus Lapis Coklat)



Sooooo..
Akhirnya Jumat lalu ikut juga kursus Cake Dasar bareng NCC. Aku kursus bareng Sari, temanku. Gurunya waktu itu bu Gemi Miranti dan mbak Ina.
Kemarin, setelah ragu-ragu (karena antara malas dan penasaran) akhirnya bikin juga Brownies Kukus. Aku bikin 1/3 resep, soalnya selain mixer-nya nggak bakal kuat (mixer-nya weis sepuh jeh) mengaduk 12 telur, aku juga takuuut kalau bikin kue banyak-banyak telurnya. Takut kalau gagal nangis deh, melihat telur begitu banyak tersia-sia, hehe.
Karena niatnya pas bikin setengah-setengah, aku sudah rada pesimis bakal jadi. Sudah begitu, ternyata spatulaku sangat tidak layak pakai. Spatula karet itu entah kenapa, pas dipegang rontok-tok-tok! Cari-cari akal..akhirnya melirik sodet plastik untuk wajan anti lengket yang baru kubeli. Yo weis, coba aja deh.
Pas lagi mengaduk telur, kok ya jambulnya petruk nggak kelihatan juga. Kan, katanya mengocok telur harus sampai ada jambul petruk, alias kalau adonannya diangkat dengan spatula terlihat 'mancung' dan nggak terlalu cepat jatuh lagi. Ini yang ada jadi inget hidung Squid Wood pas lagi meleleh. Tapi jambul adonan lebih lancip sih, hehe.

Kayaknya sudah lamaaa banget ngocok, sampai keringetan (tenang, nggak ada keringat yang jatuh ke adonan kok!). Aku masih nggak yakin kalau 'jambul' ideal sudah aku dapatkan. Tapi, daripada kempes lagi, akhirnya kumasukkan juga terigu dan teman-temannya. Pas mau memasukkan terigu ternyata si sodet kegedean dan nggak cukup lentur. Alhasil aku langsung ambil centongnya penanak nasi listrik. Bisa, sih. Tapi agak susah mengangkat bagian bawah adonan. Mungkin itu sebabnya rombongan cuppie yang belakangan agak-agak basah bawahnya karena coklat cairnya yang agak mengendap di dasar mangkuk pengolah.

By the way
, kalau dipikir-pikir aku bikin kue alatnya pada darurat dan mengasihankan amat ya? Hehehe. Tapi aku jadi inget bu guru bilang, apapun yang terjadi, usahakan kuenya tetap jadi. Kalau aku mau mengubah sedikit deh, 'apapun yang terjadi harus jadi makanan' aja. Lebih fleksibel kali ya? Haha!

Annnnnyway, alhamdulillah, ternyata pas keluar hasilnya saangat memuaskan. Cuppie-nya so spongy, mentul-mentul, cukup ringan dan menggemaskan kaya pipinya Dedek. Kok nggak kaya pipi Abang juga? Soalnya kalau pipi Abang lebih cocok dianalogikan sama butter cake 8 telur kayanya, alias lebih padat dan legit, wakakaka! Kalau pipi Dedek kan memang empuk-empuk-lembut mirip sponge cake. Ini dia si pipi sponge cake. Lho, sponge cake kok makan sponge cake? :D



Sebetulnya aku rasa cake ini nggak akurat bila dinamakan brownies, seperti juga dengan brownies kukus Amanda. Yang mereka namakan brownies kukus yang lagi 'in' beberapa tahun belakangan sebetulnya beda konsep sama brownies sesungguhnya. Brownies kan, kue bantat, tanpa pengocokan sempurna demi pengembangan adonan. Sedangkan si brownies kukus justru dikocok sampai mengembang dengan cara yang sama dengan membuat sponge cake. Jadi, jangan ada yang marah ya, kalau kuganti namanya jadi Cake Kukus Lapis Coklat.
Ohya, satu lagi, aku senang banget karena berhasil mengganti emulsifier(TBM, Ovalet, dll) dengan susu kental manis. Pada dasarnya aku nggak begitu suka menggunakan zat aditif pada makanan. Mereka kan, bahan kimiawi juga nggak, sih? Aku yakin kok, jaman dulu orang bisa membuat kue tanpa zat-zat aditif tersebut. So, kenapa sekarang nggak bisa? Kan, kue bukan cuma soal penampilan, yang penting rasa. Memang sih, susu kental manis juga bukan bahan yang 'totally additive-free'. Tapi kurasa masih lebih baik daripada menggunakan emulsifier yang dari segi bentuk saja sudah nggak terlihat seperti makanan, hehe. Katanya sih, emulsifier juga bisa digantikan dengan kuning telur. Suatu hari aku mungkin akan mencoba menggunakan kuning telur tambahan saja. Atau bahkan sebetulnya asal tekniknya tepat kita memang nggak membutuhkan emulsifier tambahan? Hmm...

Anyway, aku yakin resep Brownies Kukus Lapis Coklat punya NCC sudah banyak beredar di internet. Jadi, di sini aku posting saja resep yang aku modifikasi(sedikit) beserta nama barunya, hehe. Aslinya sih, dibuat di loyang 26x26. Tapi karena aku buat hanya 1/3 resep, jadi aku buat di cuppies saja. Silakan mencoba.

Cake Kukus Lapis Coklat

Bahan A:

4 butir telur
150 gram gula pasir
1 sdm susu kental manis
Secubit garam

Bahan B:
1 sdm(munjung) coklat bubuk
100 gram tepung terigu

Bahan C:
100 gram mentega/margarin
65 gram dark cooking chocolate

Filling:
Coklat meises sesuai selera

Cara membuat:
Siapkan mangkuk cupcake aluminium(atau bahan lain) yang sudah dialasi mangkuk kertas
Lelehkan bahan C. Sisihkan
Panaskan kukusan dengan api besar.
Kocok bahan A sampai kental dan mengembang penuh, masukkan bahan B sambil diayak. Aduk dengan teknik aduk balik.
Masukkan bahan C, aduk balik hingga rata benar.
Tuang ke mangkuk-mangkuk kertas hingga 1/3 sampai 1/2 tinggi mangkuk. Kukus kira-kira 10 menit.
Buka kukusan, taburi coklat meises. Lalu tutup lagi dengan adonan. Kukus sekitar 10 menit lagi atau hingga matang, atau lulus tes tusuk.

Untuk sekitar 16 buah

Pelajaran yang penting pada pembuatan kue kemarin adalah; jangan menyerah pada minimnya peralatan, serta, jangan lebih besar modal daripada usaha! Nggak usah menunggu sampai punya mixer bagus atau oven mahal untuk mencoba memasak atau membuat kue. Toh, kalau sudah punya peralatan bagus pun belum tentu jadi bikin kue kalau semangatnya tetap nggak ada. Jadi, semangat!! ^__^V

Herewith, I declare that I have succeed to make my first sponge cake. Yahoooo!

Tuesday, December 8, 2009

Gelas Ayakan

Nah, kalau barang yang satu ini memang sudah kucari ke mana-mana. Sebetulnya nggak tahu juga sih, aslinya nama barang ini apa. Aku hanya pernah lihat di acara masak-memasaknya orang bule. Kelihatannya praktis, dibandingkan ayakan tepung yang biasa kita pakai, yang selebar loyang bundar. Repot bo, harus pakai dua tangan! Dua-duanya jadi pegal. Jangan lupa, I'm a lazy cook!
Gelas ini -sepertinya- terbuat entah dari alumunium atau stainless steel (I'm not good in identifying metals). Bentuknya gelas dengan dasar kawat.



Gelas ini punya pegangan (handle) dari kawat tebal yang bersambung ke kawat yang berada di dalam gelas. Jadi, bila kita goyang-goyangkan pegangannya, si kawat yang di dalam ikut membantu meratakan tepung agar cepat lolos melalui kawat.



Alhamdulillah, minggu lalu mendapatkan ini di Hypermart, di bagian barang-barang impor dari Jepang (kalau istilah abangku: barang-barang nggak penting). Eh, sebetulnya beberapa barang-barang nggak penting buatan Jepang ini bisa berguna, lho (despite of how weird it's look). Kayaknya barang-barang mereka memang cocok untuk orang-orang pemalas seperti kita (kita?? gue aja kali!). Tapii.. banyak juga sih yang memang nggak penting.

Anyway, coba cari ini deh, menggunakannya enak, praktis, nggak makan tempat dan bisa sambil menyanyi irama cha-cha:
Shake, shake, shake, cha-cha-cha!

Monday, December 7, 2009

Broccoli 'n Cheese Pancake



Sejak semalam aku agak semangat lagi untuk bikin makanan sehat buat anak-anak. Setelah beberapa bulan, maleeeessss banget masak buat anak-anak, akhirnya bikin juga sarapan yang 'beneran'.
Umi kebetulan kemarin beliin brokoli buat anak-anak. Tapi nggak jadi dipakai karena kemarin Bunda dan Ayah pergi pacaran dulu jadi nggak masak, hehe.
Ehm! Anyway, sebetulnya sudah kepikiran mau buat pancake ini setelah melihat resepnya di tabloid Nova, eh, ternyata Abi juga sehati, mengusulkan hal yang sama.
Akhirnya jadi juga tadi pagi bikin pancake. Tapi resep pancake-nya nyontek dari postingan anggota milis-nya NCC, mbak Hesti. Judul resepnya mbak Hesti ini Pancake a la Ondori karena ia juga menyontek dari buku resep Jepang, Ondori Books.
Kenapa aku pakai resep Ondori dan bukan dari Nova? Karena, seperti biasa, malas nimbang! Alhamdulillah si Ondori ini takarannya cups, yay!
Aku cuma pakai setengah resep, karena yang makan kan, cuma dua anak batita. Gulanya juga cuma pakai 2 sendok makan peres karena niatnya bikin pancake gurih, bukan manis. Eh, ternyata Abi suka juga. Yaaa..sayang aku bikinnya dikit, Bi. Jadi Abi nyobainnya malu-malu, deh. Hehe.. Lain kali bikin yang agak banyakan, deh.
Hasil pancake ini dalamnya bersarang seperti serabi, maaf nggak difoto. Padahal kalau liat di blog-nya mbak Hesti, pancake-nya gendut mirip pancake Amrik.
Tapi memang, pas pancake ketiga dia lebih fluffy. Apa mungkin wajannya harus benar-benar panas dulu ya?
Next time dicoba lagi nggak pakai topping, deh. Lagipula, kayaknya semuanya sudah di jalan yang benar, tinggal cara menggorengnya aja kali ya..



Resepnya kutulis ulang ya:

Broccoli 'n Cheese Pancakes

Pancake:

1 btr telur
2 sdm (peres)gula pasir
1/2 cup susu cair
1 cup tepung terigu
1/2 sdm baking powder
1 1/2 sdm mentega, dicairkan
sedikit garam
sedikit mentega atau margarin untuk menggoreng

Topping:
1/2 bongkol brokoli, ambil kuntumnya saja, rajang halus
1/4 buah bawang bombay, rajang halus
keju cheddar, parut untuk taburan
oregano, untuk taburan

Cara membuat:

Pancake

Kocok telur dengan whisker,
Masukkan gula, kocok terus hingga berbuih
Tuang susu sedikit-sedikit sambil kocok hingga rata
Ayak terigu bersama baking powder berselang-seling dengan mentega cair. Masukkan ke dalam adonan telur.
Diamkan 15-30 menit

Topping
Panaskan sedikit mentega/margarin di wajan.
Tumis bawang hingga layu, lalu masukkan brokoli cincang.
Tambahkan air sedikit, masak hingga matang.

Penyelesaian:
Panaskan wajan anti lengket. Beri sedikit mentega/margarin.
Tuang adonan ke dalam wajan.
Taburkan topping brokoli dan sedikit oregano. Tutup sebentar.
Ketika permukaan pancake mulai agak mengering, taburkan keju parut. Tutup lagi dan masak sebentar hingga matang.
Angkat.

Eh iyaaa... aku pas mau bikin tadi ternyata nggak punya bawang bombay, jadilah aku pakai bawang yang tadinya mau kupakai buat oseng kangkung, alias bawang putih dan bawang meran, haha! Asyik-asyik aja, tuh!
Hasil memasak dengan wajan berdiameter 12cm aku mendapatkan 3 buah pancake sebesar serabi. Lain kali mau coba buat yang mini-mini ah...

Wednesday, December 2, 2009

Cups 'n Spoons

Aku tuh paling maleeeees banget kalau mau bikin apa-apa harus nimbang dulu. Masalahnya, timbangan punya nyokap meski bentuknya masih bagus tapi saking analognya, kesenggol dikit langsung berubah. Uh!
Nah, makanya aku juga paling bete ngeliat resep yang ukurannya di bawah 100 gram. Ya please gitu lowhh, kan dikit banget. Pakai ukuran sendok aja ngapah??
Majalah Sedap tuh yang suka kayak gitu. Bagus-bagus sih, kayaknya resep-resepnya. Tapi kalau harus mengukur sesuatu sejumlah 15 gram, weleh-weleh. Aku juga yakin sih, kebanyakan resep sebetulnya kalau ukurannya meleset sedikit dari resep, misalnya beda segram gitu, juga nggak ngepek!
Enaknya sih, mungkin kalau punya timbangan digital ya. Tapi belum ada dana, euy. Harganya kan di atas seratus ribu.
Ah, aku mah nggak suka kegedean modal daripada usahanya. Ingat MacGyver yang selalu bisa melakkukan sesuatu dengan 'modal' apa adanya.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan tanpa timbangan digital. Pertama, google it! Cari konversi gram ke sendok teh atau sendok makan. Caranya yang gampang, dengan mengisi kolom search-nya Google dengan kata, misalnya "15 gram to tablespoon". Biasanya keluar tuh, yang mendekati yang kita mau. Konversi per-masakan sebetulnya cukup banyak. Bisa juga Google dengan kata kunci "cooking conversion". Bisa juga mendapatkan widget gratis kayak Culiverter yang ada di blog-ku ini lho!

Kedua, cari resep yang menggunakan takaran cup. Biasanya resep-resep Amerika tuh yang punya ukuran cup. Nah, berapakah satu cup itu? Mau nggak mau beli juga serenceng alat, namanya cups. Waktu itu aku beli di Carrefour. Harganya jelas lebih murah daripada timbangan digital, cuma sekitar duapuluhribuan. Very useful.
Ini ya, penampakannya.


Ukuran yang lain di resep yang menggunakan ukuran cup biasanya juga nggak begitu detail seperti gram-graman. Biasanya ada teaspoon(tsp) atau tablespoon(tbs). Sendok pasti punya dong? Tapi, aku iseng aja mau melengkapi, jadi sempat juga beli serenceng spoons ukuran, yang penampakannya seperti di bawah ini.

Kesannya ada beberapa sendok yang isinya bisa memuat lebih banyak daripada sendok biasa. Yea, mungkin juga spoons ukuran ini pakainya ukuran sendok 'munjung' ya? Hehe... (Udah dibeli nggak mau merasa rugi aja...).

Oiya, ada satu lagi cara mengukur bahan tanpa timbangan, terutama untuk mentega dan keju. Kalau menggunakan mentega kan, biaasanya batangan (misalnya Orchid, atau Anchor). Nah, mereka sebetulnya ada juga yang memberi tanda garis di kemasan foil-nya di mana kita bisa memotong saja sesuai ukuran yang kita inginkan. Selain itu, pada keju yang biasanya ukurannya 180 gram per batang, dikira-kira saja pemakaiannya. Kalau butuh 60 gram kan, berarti 1/3 batang. Kalau perlu 100 gram, ya berarti setengah batang lebih sedikit. Ya... emang ilmu sesat sih, tapi daripada mesti heboh nyari timbangan dulu? Kuenya malah nggak jadi-jadi.
Well, it helps me, I hope it helps somebody too.
^__^