Thursday, June 16, 2011

Lapis Beras Pandan Suji


Love this!
Sebetulnya minggu lalu aku membuat kue pepe(kue Betawi), cuma ngga sempat didokumentasikan. Karena senang dengan hasil kue lapis tapioka/sagu tersebut, aku jadi terinspirasi membuat kue tradisional lainnya.
Di lemari kebetulan aku ternyata punya cukup banyak tepung beras. Jadi ingat Mamah suka memesan Kue Lapis Beras ini dari tetangga.
Setelah semedi sebentar dengan Mbah Google, aku menemukan dua resep ini(resep NCC di blognya mbak Hesti) dan itu(resep Femina di blognya mbak Lukie). Thanks to them ;) Setelah semedi selesai, aku memutuskan untuk sedikit menggabungkan keduanya. Aku masih ingin menggunakan pewarna alami, tapi dengan cara yang lebih simple. Caranya di bawah ini, mudah-mudahan dapat dipahami ya :)
Untuk pewarna dan perasa aku gunakan pandan, suji dan daun jeruk. Sayangnya daun jeruknya yang ada di rumah cuma sedikit. Tapi nggak apa-apa, pakai sajalah! Lalu aku menggunakan 4 lembar daun pandan saja, dan itu sudah cukup terasa aromanya sampai saat gigitan pun. Sedangkan daun suji aku hanya memakai 20 lembar, karena nggak tega merontokkan terlalu banyak daun dari si pohon :P Hasil warnanya seperti di foto ya, hijau alami.
Aku membuat kue ini malam-malam. Aku pakaikan dulu anak-anak piyamanya, dan kutempatkan di pos masing-masing (hehe). Setelah itu kutinggal sebentar untuk memanaskan santan. Baru kemudian aku menemani si Dede tidur.
Setelah Dede tidur barulah aku kembali ke dapur untuk menyelesaikan kuenya. Sambil membuat kue lapis per lapis, aku bisa merapikan rumah(yang mirip kapal induk pecah!) dan mencuci piring. Sempat juga makan mie instan sekalian sahur buat puasa keesokannya. Begitu selesai baru aku tidur. Setelah shalat Subuh baru aku potong-potong kuenya. Enak banget memotongnya, gampang!
Dede bangun dan seperti biasa memeriksa meja makan. Barusan dia sudah menghabiskan dua potong kue.
Puas deh, bisa bikin kue yang dijual tukang-tukang kue. Rasanya ketagihan bikin kue-kue tradisional. Sensasinya beda sama bikin cake. Apa aku lagi bosan aja sama cake ya? ;)



Lapis Beras Pandan Suji

Bahan :
250 gr tepung beras
100 gr tepung tapioka
300 gr gula pasir
1 liter santan
4 lbr daun pandan
20 lbr daun suji
3 lembar daun jeruk purut, sobek bagian tulangnya
1 sdt garam

Cara Membuat:
- Masak santan, daun jeruk, 3 lembar daun pandan dan garam sambil diaduk-aduk hingga mendidih, angkat, sisihkan.
- Ambil dua cup santan tadi dan bagilah ke dalam dua mangkuk berbeda. Maka kita mendapatkan 3 mangkuk santan: 1 bagian besar santan, dan 2 bagian santan masing-masing sejumlah 1 cup.
- Masukkan daun suji dan selembar daun pandan ke dalam blender bersama satu cup santan. Blender. Saring dan peras, hingga mendapatkan satu cup santan berwarna hijau. Sisihkan.
- Taruh di wadah, tepung beras, tepung sagu, gula pasir, aduk rata, tuangi bagian besar santan sedikit demi sedikit sampai santan habis sambil diuleni hingga menjadi adonan yang encer. Saring bila perlu.
- Bagi dua adonan encer ini ke dalam dua mangkuk santan yang berwarna putih dan berwarna hijau. Aduk rata adonan dan santan di masing-masing mangkuk.
- Panaskan dandang hingga airnya mendidih. Kecilkan api.
- Siapkan loyang 20x20, poles minyak sayur tipis-tipis.
- Tuang adonan putih dan hijau bergantian hingga terbentuk lapisan-lapisan. Kukus tiap lapisan 5-10 menit.
- Gunakan sendok sayur yg sama untuk menyendok adonan hijau dan putih.
- Ulangi terus sampai adonan habis, terakhir kukus 20 menit.
- Dinginkan, keluarkan dari loyang, potong-potong dengan menggunakan pisau yang dilapis plastik.


Wednesday, June 1, 2011

dan piala bergilir itu jatuh padaku..


It's been long, I know.
Sudah dua minggu Mamah meninggalkan kami, setelah sebelumnya beliau menginap tiga minggu di ICU tanpa sadar.
Nggak perlu menanyakan apakah kami kehilangan, jawabnya tentu saja iya.
Rasanya semua kesedihan pun nggak ingin kutuliskan.
Sekarang rumah ini kehilangan 'peri rumah' lagi. Enek meninggal 5 tahun lalu. Sejak beliau meninggal sebetulnya aku masih saja merasa kehilangan. Sekarang Mamah.
Mamah, Enek dan nenek-buyutku adalah orang-orang yang dikenal bisa masak. Pintar masak. Bahkan mungkin beberapa orang menganggap mereka jago masak . Nenek buyut memang tukang masak. Enek meski bukan seorang tukang masak, tapi masakannya dan kue lapisnya bisa bikin orang terkenang-kenang. Mamah memulai kegiatan dapurnya dari suka membuat kue, lalu setelah Enek sakit, barulah beliau berusaha memasak. Usaha serta belajar memasaknya Mamah itu berkembang jadi sangat baik. Beliau juga suka menjual kue kering saat Lebaran.
Sekarang semua 'ratu dapur' itu sudah nggak ada. Meninggalkan aku yang terbengong di dapur. Ya memang aku suka membuat kue, tapi kalau soal memasak untuk orang dewasa aku belum pernah serius. Cuma suamiku saja yang 'kuracuni' dengan bento-ku yang minimalis. Anak-anak juga kuracuni dengan masakanku yang sederhana.
Kondisiku sebetulnya mirip dengan Enek dulu. Beliau adalah satu-satunya perempuan di rumahnya yang berisi laki-laki semua; abang dan adiknya. Saat ini di rumah ini semua lelaki kecuali aku. Siapa lagi yang diharapkan mengurus rumah tangga ini? Tentunya aku. Aku ingin banget bisa mengerjakan semua, seperti mereka dulu.
Aku sebetulnya sangat ingin mencoba sampai bisa masak, mengikuti jejak Mamah yang beralih dari 'perkuehan' ke 'permasakan'. Sayangnya sepertinya nggak ada yang percaya aku mau dan mampu mencoba, even my dad. Kalau mereka mengharapkan aku langsung bisa, tentu saja itu sebuah keajaiban :) But I really hope they let me try. Sebaliknya, mereka malah maunya katering makanan saja dari tukang masak :(
Ini sebetulnya agak membuatku merasa malu, karena membuatku merasa aku bahwa keturunan tukang masak yang failed. Selain itu sebetulnya aku benci dianggap nggak mampu saat aku sebetulnya baru mau mencoba.
But, while we're all still mourning, I'll try to understand and try to calm.
But I won't give up from trying to cook. I'll find a way. InsyaAllah. And I know someday I CAN COOK!

Bismillah..