Wednesday, June 1, 2011

dan piala bergilir itu jatuh padaku..


It's been long, I know.
Sudah dua minggu Mamah meninggalkan kami, setelah sebelumnya beliau menginap tiga minggu di ICU tanpa sadar.
Nggak perlu menanyakan apakah kami kehilangan, jawabnya tentu saja iya.
Rasanya semua kesedihan pun nggak ingin kutuliskan.
Sekarang rumah ini kehilangan 'peri rumah' lagi. Enek meninggal 5 tahun lalu. Sejak beliau meninggal sebetulnya aku masih saja merasa kehilangan. Sekarang Mamah.
Mamah, Enek dan nenek-buyutku adalah orang-orang yang dikenal bisa masak. Pintar masak. Bahkan mungkin beberapa orang menganggap mereka jago masak . Nenek buyut memang tukang masak. Enek meski bukan seorang tukang masak, tapi masakannya dan kue lapisnya bisa bikin orang terkenang-kenang. Mamah memulai kegiatan dapurnya dari suka membuat kue, lalu setelah Enek sakit, barulah beliau berusaha memasak. Usaha serta belajar memasaknya Mamah itu berkembang jadi sangat baik. Beliau juga suka menjual kue kering saat Lebaran.
Sekarang semua 'ratu dapur' itu sudah nggak ada. Meninggalkan aku yang terbengong di dapur. Ya memang aku suka membuat kue, tapi kalau soal memasak untuk orang dewasa aku belum pernah serius. Cuma suamiku saja yang 'kuracuni' dengan bento-ku yang minimalis. Anak-anak juga kuracuni dengan masakanku yang sederhana.
Kondisiku sebetulnya mirip dengan Enek dulu. Beliau adalah satu-satunya perempuan di rumahnya yang berisi laki-laki semua; abang dan adiknya. Saat ini di rumah ini semua lelaki kecuali aku. Siapa lagi yang diharapkan mengurus rumah tangga ini? Tentunya aku. Aku ingin banget bisa mengerjakan semua, seperti mereka dulu.
Aku sebetulnya sangat ingin mencoba sampai bisa masak, mengikuti jejak Mamah yang beralih dari 'perkuehan' ke 'permasakan'. Sayangnya sepertinya nggak ada yang percaya aku mau dan mampu mencoba, even my dad. Kalau mereka mengharapkan aku langsung bisa, tentu saja itu sebuah keajaiban :) But I really hope they let me try. Sebaliknya, mereka malah maunya katering makanan saja dari tukang masak :(
Ini sebetulnya agak membuatku merasa malu, karena membuatku merasa aku bahwa keturunan tukang masak yang failed. Selain itu sebetulnya aku benci dianggap nggak mampu saat aku sebetulnya baru mau mencoba.
But, while we're all still mourning, I'll try to understand and try to calm.
But I won't give up from trying to cook. I'll find a way. InsyaAllah. And I know someday I CAN COOK!

Bismillah..

No comments:

Post a Comment